Marquee Tag - http://www.marqueetextlive.com

Sabtu, 14 Agustus 2010

(fanfic) Promise Song

PROMISE SONG


Title: Promise Song
Disclaimer: If they are mine, I'll make Akanishi work hard with solo and KAT-TUN.....
Pair: Whatever happen AKAME is still love each other
Music: Tipsy Love, Precious One, NEIRO, FARAWAY, Promise Song, You one in the million, I Knew I love You
Genre: Friendship?
A/N:
Listen Promise Song when you read.....



Chapter 4 Precious One

“Kali ini kenapa kamu pulang lagi?” kata Ryo kesal karena malam-malam terpaksa menemani Yamapi menjemput Akanishi di bandara.

“Cuma sehari, nanti malam juga aku sudah kembali ke LA, ada yang ketinggalan” jawab Akanishi tak peduli. Belum lama ini memang dia pulang selama beberapa hari setelah konsernya sukses untuk suatu keperluan.

“Serius Jin. Tadinya aku tidak ingin ikut campur masalahmu, tapi kemarin saat berita mengenaimu keluar di Tokyo Dome aku jadi ingin tahu, jangan-jangan kemarin kamu pulang karena hal ini?” tanya Yamapi

“Yah, kira-kira begitulah. Sebelumnya memang keputusannya kan baru akan di ambil setelah konser LA ini kelihatan hasilnya, jadi wajar kalau aku pulang untuk melihat keputusannya setelah konser selesai kan?”

“Lalu? Berarti sekarang kan sudah jelas” sela Ryo “Kenapa sekarang kamu pulang lagi?”

“Kenapa kamu yang ribut? Terserah aku mau ada di mana saja kan?!”

“Tentu saja aku ribut, aku baru pulang dari Osaka, kamu malah minta di jemput di bandara, padahal aku ingin tidur”

“Aku minta tolong di jemput Pi!”

“Aku sedang di rumah Pi!”

“Salah sendiri ikut?!”

“Mana mungkin aku tinggal?!”

“Sudah. Bukannya kamu pulang diam-diam biar tidak ada yang tahu, Jin. Kalau ribut nanti ada yang sadar” Yamapi menengahi “Ayo cepat, kamu masih punya kesempatan buat tidur sebelum kita ke kantor meski cuma sebentar Ryo”

Akanishi menjulurkan lidah ke arah Ryo penuh kemenangan. Meski tahu tindakannya akan merepotkan kedua temannya, apalagi Yamapi yang sedang sibuk mempersiapkan single terbarunya, Akanishi tidak peduli. Yah, tapi tetap tentu saja Akanishi benar-benar merasa minta maaf dan berterima kasih untuk hal ini.

Setelah melihat siaran berita -yang sebenarnya tanpa sengaja karena Akanishi sudah berniat menutup mata dan telinga terhadap KAT-TUN setidaknya untuk beberapa saat- mengenai pemberitaan keputusan yang diambilnya dan tanggapan teman satu bandnya, mau tidak mau Akanishi merasa ingin setidaknya melihat mereka secara langsung untuk yang terakhir kali.

“Mereka menangis, itu yang kudengar” suara Yamapi memecah keheningan mereka dalam perjalanan “Katanya, Koki tidak sanggup meneruskan menyanyi, bahkan Ueda juga menangis”

“Aku tahu” jawab Akanishi pelan

“Promise Song” guman Ryo “Di angkat dari kenyataan hah?”

“Aku tahu” ulang Akanishi

“Tokyo Dome. Kalian selalu membuat sejarah di tempat itu ya. Rasanya seperti baru kemarin aku mendengarmu berteriak senang akan debut” lanjut Yamapi

“Sebenarnya memang kemarin” sahut Ryo “Dia telfon dan bilang akan debut kan? Lupa kalau di sini masih subuh”

“Ah, benar juga” kata Yamapi tertawa

Keheningan kembali menyelimuti mereka.

***

Kame masih ingat dengan jelas kata demi kata yang keluar dari mulutnya saat itu. Saat mengkonfirmasi kepergian Akanishi dari KAT-TUN. Kalimat yang dia sendiri tidak ingin mempercainya. Kame juga masih ingat dengan jelas saat mereka menyanyikan ‘Promise Song’ di Tokyo Dome kemarin. Koki yang tidak sanggup mengucapkan sepatah katapun, Nakamaru, Taguchi bahkan Ueda berakhir menyerah terhadap perasaan dan menangis.

Sekalinya mereka menangis dalam konser adalah saat konser pertama mereka, Real Face konser, di saat mereka menyanyikan ‘Precious One’ sebagian dari mereka berakhir dalam tangis. Tangisan bahagia. Sama sekali bertolak belakang dengan sekarang.

Ironis.

‘Six of as KAT-TUN’, ‘K-A-T-T-U-N, we are KAT-TUN’

Selama ini, itu adalah kalimat yang menopang mereka, namun sekarang hanya dengan mengingat kalimat itu saja terasa sangat berat.

“Tidak akan terlalu menimbulkan masalah…. meski hanya berlima….. bodoh menyuruhnya kembali…. kedua kalinya……” Guman Kame pelan, membuat Nakamaru, Ueda dan Taguchi bertukar pandang dalam diam, teringat dengan ucapan Kame sebelumnya dalam menanggapi berita kepergian huruf A mereka.

“Aku sendiri tidak percaya dengan apa yang sudah kukatakan…” desah Kame

“Kame?!” Ueda menatap Kame cemas.

Air mata kembali mengalir di wajah Kame yang masih tanpa ekspresi.

“Bohong” sebuah senyuman terukir saat Kame mengucapkannya dengan nada datar, membuat Nakamaru dan Taguchi mulai ketakutan.

“Sungguh sebuah kebohongan yang besar”

Kame tertawa.

***

Akanishi menatap langit-langit kamarnya di LA. Akanishi masih ingat dengan jelas reaksi teman-temannya setiap dia mengambil keputusan untuk melangkah sendiri, berpisah jalan dengan mereka.

Dulu, pertama kali Akanishi membuat keputusan untuk study abroad, Ueda menatapnya siap membunuh, Koki berteriak marah, Nakamaru mencoba tenang tapi Akanishi mendengar jelas kesedihan dalam suaranya, Taguchi untuk pertama kalinya tidak tersenyum. Sesaat Akanishi merasa Taguchi sudah memperkirakan hal ini, tapi kemudian dengan cepat menghilangkan perasaan itu, bagaimanapun ini Taguchi.

Kame? Dia hanya diam.

Namun satu-satunya orang yang tidak membantah dan langsung mendukung keputusannya.

Kedua, saat Akanishi mengambil keputusan untuk meraih kesempatan konser di LA meski harus mengorbankan World Tour. Reaksi yang diterimanya lebih mudah dari saat pertama. Kecewa, jelas, tapi mereka semua sepakat mengatakan kalau ini kesampatan besar yang jarang ada, wajar kalau tidak melewatkannya. Mendukung sepenuhnya tanpa perbedaan pendapat terlalu lama, dan juga tanpa teriakan.

Kame? Dia tersenyum.

Tersenyum sangat senang seolah-olah dirinya yang mendapatkan kesempatan besar itu.

Dan sekarang untuk ketiga kalinya Akanishi mengambil keputusan.

Meninggalkan KAT-TUN untuk meraih impiannya melangkah sendiri.

Akanishi tidak menyesal dengan keputusan yang dipilihnya.

Sama sekali tidak.

Sudah jelas tidak.

Tidak akan pernah.

Selama ini Akanishi selalu merasakan sebuah kekosongan dalam dirinya. Sebuah tempat kecil yang tidak begitu dia perhatikan. Awalnya Akanishi merasa bahwa itu adalah tempat di mana dia bisa berdiri sendiri di atas panggung. Sendirian tanpa harus berbagi dengan 5 orang yang lain. Dan saat akhirnya hal itu terwujut dan harusnya tempat yang kosong itu menghilang, ternyata tempat itu masih tetap ada.

Masih tetap kosong dan tidak tersentuh.

Sama, hanya berganti dengan perasaan, bahwa itu adalah tempat di mana dia selalu berdiri bersama 5 orang dalam sebuah panggung yang besar. Akanishi menyadarinya saat dia harus menunggu di belakang panggung sendirian, duduk istirahat di ruang ganti yang terasa sepi dan luas, mendengar suaranya mengalun bersama musik tanpa ada suara lain.

Setiap kali berpaling dari lautan manusia, Akanishi selalu mendapatkan senyuman lebar Taguchi dan wajah Nakamaru yang aneh, mendengar teriakan Koki, merasakan tepukan pelan Ueda di bahunya, juga keberadaan Kame di sampingnya.

Apa sebenarnya tempat itu. Tempat yang selalu kosong jauh di dalam dirinya. Mungkinkah itu adalah sebuah tempat yang special, tempat khusus yang sampai kapanpun tidak akan pernah bisa terisi.

Tempat yang tidak terjangkau oleh apapun.

Tempat bagi suatu hal yang sangat berharga dalam hidupnya.

Tempat bagi sang Precious One.

“Kazu…” air perlahan mengalir turun dari mata Akanishi


***___***


A/N:
HAPPY SCOUNT DAY'S, minna \(^o^)/
Duh, rasanya jadi inget dulu tiap nih hari pasti pergi makam pahlawan setelah ngadain ulang janji di sekolah (^.^)
GA-CUT-JOSS!!! ciao~ *wink*

2 komentar:

Neein mengatakan...

T_T

sugeee..
tiap chap sukses bikin aku nangis..
bener2 ngerasa jelas bgt ngeliat mereka pas nyanyi precious one ma promise song..

sankyuuuu...

tensaipetenshisama mengatakan...

beneran? yiey!
q juga nangis waktu nulis beberapa chap, maksut hati buat fic sedih biar yg baca nangis malah q sendiri nangis *baka*

Harry Potter Magical Wand