Marquee Tag - http://www.marqueetextlive.com

Senin, 02 Maret 2009

(b'day fic) Daisuki na Kimochi

Fic Fuji Special B’day (End Part)

Daisuki na Kimochi

Kelas 3-6,

Begitu Fuji menghilang, Kikumaru segera meloncat dari tempat duduk dan menghambur ke pintu kelas. Ia mengulurkan kepalanya sedikit, melihat ke kanan dan kiri di sepanjang koridor, untuk

memastikan bahwa Fuji benar-benar sudah pergi.

Setelah tidak bisa melihat Fuji dan Tezuka, Kikumaru segera merogoh sakunya dan mengeluarkan handphone, dengan sebuah senyum lebar ia menuliskan dua buah huruf ‘OK’ dan mengirimkannya sebagai sebuah e-mail.

Ruang Klub,

Ooishi mengusap keningnya dangan lengan, mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Senyum puas tergambar jelas di wajahnya karena sudah berhasil membuat ruang klub itu tampak bersih dan rapi.

PIP PIP PIP PIP PIP PIP

Ooishi memeriksa kotak masuk handphonenya dan menemukan sebuah e-mail baru. Nama pasangan doubles-nya tercantum jelas sebagai pengirim.

To : Ooishi

From : Eiji

Subjek : -

Message : OK

Sebuah pesan singkat yang hanya terdiri dari 2 huruf. Tapi Ooishi tersenyum senang melihatnya dan segera men-forwart pesan itu menjadi 2 buah e-mail untuk dikirimkan pada 2 orang yang berbeda.

Lab. Biologi,

Inui sibuk berguman sendiri di tengah-tengah suara mesin juicer yang sedang bekerja keras mencampurkan beberapa bahan yang tidak biasa menjadi satu. Inui masih sibuk mencatat bahan-bahan yang digunakan dalam jus terbarunya dalam buku catatan ketika tiba-tiba handphone-nya berbunyi.

Seringai terukir di wajahnya begitu melihat pesan yang baru saja masuk. Inui berbalik menghampiri sebuah kotak berukuran sedang yang tergelek di meja hampir terlupakan, membukanya untuk memastikan benda yang berada di dalamnya.

Dengan seringai yang semakin lebar dan kaca mata berkilat-kilat, Inui memandang isi kotak itu. Sebuah cake berwarna putih dengan huruf-huruf hijau yang berkilauan.

On the Way,

Kawamura mengayuh sepedanya dengan santai. Di bagian belakang sepeda terdapat kotak berisikan sushi yang hendak diantarnya.

PIP PIP PIP PIP PIP PIP

Kawamura menghentikan sepeda dan mengambil handphone dari saku. Tersenyum membaca pesan yang diterimanya. Setelah menyimpan handphone, Kawamura kembali meraih handle sepeda dan bersiap mengayuh sepeda kembali, kali ini dengan kekuatan penuh.

yosha...!!! BURNING !!!!!”

Kelas 2-7,

Kaidou memandang pintu ruang kelasnya dengan tegang. Ia sudah selesai mengerjakan ujian dan sedang memperhatikan ruang kelasnya saat melihat pintu di depan tiba-tiba bergerak sendiri secara perlahan, tanpa suara membuka dan sebuah benda berbentuk persegi berkilauan muncul di celah yang hanya sebesar 5 centi.

Kaidou hampir saja berteriak ketakutan ketika tiba-tiba dia menyadari benda apa yang dilihatnya, bagian dari sebuah kacamata yang di pakai seseorang.

inui-senpai” desis Kaidou

Dilihatnya senpai penggila data itu memberi tanda agar ia segera keluar dari kelas secepat yang dia bisa. Kaidou mengangguk dan mulai membereskan tasnya. Toh dia memang sudah selesai dan akan segera pulang.

Kelas 2-8,

Momoshiro menggaruk kepalanya yang tidak gatal, berkali-kali pandangannya di arahkan ke jendela dan pintu kelas juga jam dinding yang berada tepat di depannya.

argh....sial, sudah jam segini’ runtuk Momoshiro dalam hati.

Momoshiro kembali memandang kertas di hadapannya, kurang satu soal lagi, maka dia bisa bebas keluar dari ruangan yang membosankan itu.

nanjaro hoi hoi....”

aduh, mana Eiji-senpai sudah menunggu. Gimana nih’ Momoshiro semakin tidak bisa konsentrasi menemukan jawaban soal yang dicarinya saat mendengar suara senpainya di balik tembok.

ah, sudahlah asal saja, yang penting selesai’

Momoshiro memejamkan mata dan menunjuk salah satu opsi yang berada di lembar soal. Setelah menyalinnya ke lembar jawaban, Momoshiro segera membereskan tasnya dan setengah berlari keluar kelas.

Kelas 1-2,

Echizen menguap, menahan kantuk. Sudah sejak setengah jam yang lalu dia selesai mengerjakan soal-soal ujiannya.

mana sih, lama sekali’ kata Echizen dalam hati sambil memandang koridor yang sepi dari jendela. Echizen kembali menguap, bosan dan hendak memutuskan untuk tidur saja ketika matanya menangkap apa yang sejak tadi ditunggunya.

2 orang anak melambai ke arahnya dengan cengiran di wajah. Menghela nafas kesal, Echizen menyambar tasnya dan segera keluar dari kelas.

lama sekali !” protes Echizen

mengo. Momo nih nya” kata Kikumaru

sorry sorry” Momoshiro meminta maaf

Sebuah koridor di suatu bagian gedung sekolah,

nee, Tezuka” Fuji membuka suara “katanya kau perlu bantuan, tapi sejak tadi kita hanya berkeliling saja”

Tezuka tidak menjawab dan hanya terus melangkah tanpa memperdulikan kalimat Fuji.

Tezuka, sebenarnya kau mau kemana sih ?”

Tetap tidak ada jawaban

Tezuka”

Tezuka masih diam dan terus melangkah. Fuji menghela nafas, menyerah dan hanya mengikuti Tezuka dalam diam.

PIP PIP PIP PIP PIP PIP

Tezuka berhenti dan mengeluarkan handphone dari sakunya, membaca pesan yang masuk kemudian berpaling pada Fuji.

ikuti saja aku” katanya singkat dan kembali melangkah.

Fuji tidak punya pilihan lain selain mengikuti kaptennya. Untuk mengisi waktu, karena mereka berjalan dalam diam, dan meskipun Fuji tidak keberatan tapi tidak bisa dipungkiri terkadang situasi seperti itu bisa membuatnya sangat bosan, maka Fuji mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

Setelah tadi mereka hanya berputar-putar di koridor dalam gedung sekolah, akhirnya sekarang mereka melangkah menuju halaman, dan semakin lama Fuji menyadari arah tujuan mereka saat melewati tempat-tempat dengan pemandangan yang sudah tidak asing baginya. Selama 3 tahun Fuji sudah melalui jalan itu setiap pulang sekolah. Ya, mereka menuju ruang klub tennis.

Tezuka berhenti tepat di depan pintu. Fuji, secara otomatis, juga ikut berhenti.

kau masuklah dulu” kata Tezuka sembari mengeluarkan handphone dari sakunya.

Fuji mengangguk saja dan melangkah menuju pintu yang tertutup. Mengulurkan tangan dan memutar handlenya perlahan. Dari sudut matanya Fuji masih sempat menangkap gerakan Tezuka yang memasukkan kembali handphone ke saku tanpa menggunakannya.

Sedikit heran, Fuji mendorong pintu ke depan dan melangkahkan kakinya ke dalam ruangan ketika tiba-tiba.....

HAPPY BIRTHDAY FUJI (-SENPAI) !!!!!”

Sebuah seruan terdengar dari ruangan disertai suara letusan dari sebuah benda berbentuk kerucut yang mengeluarkan pita dan potongan kertas kecil berwarna-warni.

Fuji memandang 7 orang anak yang berdiri di depannya. Ooishi, Kikumaru, Inui, Kawamura, Kaidou, Momoshiro, Echizen, semua dengan sebuah senyuman lebar di wajah berbalik memandang Fuji.

Di meja di belakang mereka, terdapat sebuah tart berwarna putih dengan tulisan yang dibuat dari gula hijau berbunyi ‘happy birthday Fuji Syusuke’ juga beberapa buah gelas, dua buah botol jus orange dan sebuah botol dengan warna ungu dengan label ‘Inui’ yang dengan mudah diketahui oleh Fuji kalau itu adalah jus buatan Inui yang baru.

Belum sempat Fuji mengatakan sesuatu, terdengar suara pintu ditutup di belakangnya. Dan ketika berbalik Fuji menemukan Tezuka tersenyum samar ke arahnya, mengucapkan kalimat yang sama.

Happy Birthday, Fuji” kata Tezuka tanpa nada seperti biasa.

Fuji kembali memandang wajah teman-temannya satu per satu, kemudian tersenyum sebelum akhirnya berkata......

arigatou, minna”


*** EnD ***


Minggu, 01 Maret 2009

(b'day fic) My Peaceful Time

Fic Fuji Special B’day

My Peaceful Time

29 February, 20xx.

Fuji menutup buku yang di bacanya dan melayangkan pandangan ke luar jendela. Meski matahari tidak nampak, namun udara hari ini cukup hangat untuk hari-hari di bulan february. Fuji menggerakkan tangannya, sekedar melemaskan tubuhnya yang mulai kaku setelah duduk selama berjam-jam.

Tidak banyak orang yang berada di dalam kelas itu, tepatnya hanya ada 4 anak termasuk Fuji. Kurang dari sebulan mereka sudah akan meninggalkan Seishun Gakuen untuk menjadi siswa SMU. Dan di hari-hari mendekati upacara kelulusan, anak kelas 3 memang diperbolehkan tidak datang ke sekolah. Memang tidak banyak yang bisa dilakukan di hari-hari terakhir menjelang kelulusan.

Fuji mengamati Kikumaru, teman sekelas sekaligus satu klub-nya yang sedang berebut roti dengan 2 anak lain yang juga teman sekelas-nya di seberang ruangan. Fuji tersenyum saat mendapati bahwa ternyata dirinya toh tidak merasa terganggu dengan keributan yang ditimbulkan ketiga temannya.

Fuji kembali memandang halaman yang lenggang. Kemudian membuka buku catatannya dan mencorat-coret sembarangan sekedar agar ada hal yang dikerjakannya. Senyum di wajah Fuji semakin lebar saat menemukan sebuah ide untuk mengisi waktu luangnya.

Yah, kenapa dia tidak mencoba untuk bermain analisis saja.

Mengangguk sambil tersenyum senang Fuji menyetujui ide yang tiba-tiba terlintas di kepalanya ini.

Nah, apa yang akan dianalisisnya ?

Fuji memandang berkeliling, mencari hal yang kira-kira bisa menarik perhatiannya. Namun yang bisa dilihat dari tempat duduknya rupanya terbatas, lapangan tenis, deretan pohon di jalan utama, gerbang sekolah, serta ruang kelas yang kosong.

Entah kemana semua anak, sebagian besar memilih berada di rumah, tapi seingat Fuji lumayan banyak juga yang datang ke sekolah. Bahkan separuh meja di kelasnya terdapat tas berwarna hitam, tanda pemilik meja itu berangkat ke sekolah.

Kalau mereka berangkat, sekarang kira-kira berada di mana ya ? apa di ruang klub, kantin, taman atau.....hei, benar juga. Tidak ada salahnya bermain menebak di mana teman-temannya sekarang.

Tapi tidak, tunggu dulu, terlalu banyak, lagipula Fuji tidak tahu kebiasaan semua teman sekelasnya dengan baik. Ini akan memakan waktu lama dan sangat sulit. Terlalu banyak tempat yang memungkinkan mereka berada di sana.

Tidak, tidak. Fuji menggelengkan kepalanya sendiri, sedikit kecewa karena sebenarnya ia menyukai ide untuk bermain analisis menebak lokasi ini.

...........................

....eh..benarkah ? siapa yang bilang”

kau tahu anak kelas 3-8 yang pakai kacamata kan ?”

ya ya, aku tahu” sahut Kikumaru semangat

.............................

Fuji memandang Kikumaru yang masih asyik bercerita dengan kedua temannya. Untuk sesaat Fuji hanya menatap ketiga teman sekelasnya dengan pandangan kosong. Tapi kemudian tiba-tiba Fuji tersenyum. Sebuah ide baru melintas di kepalanya.

Ya, kalau teman-teman sekelasnya memang mustahil, tapi bagaimana dengan teman-teman klub-nya, atau lebih khususnya para anggota reguler klub tennis. Kalau mereka, Fuji tahu dengan baik sifat dan kebiasaannya dan juga hanya terdiri dari 7 orang, setelah dikurangi dia sendiri dan Kikumaru tentunya.

Mengangguk puas dengan pemikirannya, Fuji tersenyum dan berbalik menghadapi buku catatannya. Kikumaru bisa dikecualikan, karena keberadaannya sudah jelas, jadi ada 7 anak yang bisa dimainkan.

Fuji membuka buku catatannya ke lembar baru dan mulai menulis sebuah nama.

Baiklah, siapa yang akan lebih dulu ia coba analisis ? bagaimana kalau partner doubles-nya. Kawamura ?

Fuji mengangguk tersenyum senang dan menuliskan nama Kawamura di buku catatannya. Setelah membuat anak panah disebelah tulisan berbunyi ‘Taka-san’ Fuji memulai permainan ciptaannya ini.

Nah, kira-kira berada di mana Taka-san sekarang ?

Fuji menopang dagunya dengan tangan seperti biasa dan mulai menggembara ke alam pikirannya, memposisikan dirinya sebagai Kawamura dan menggali semua informasi tentang Kawamura yang dimilikinya.

Akhir-akhir ini Fuji tidak pernah bertemu dengan Kawamura di sekolah. Apa dia datang atau tidak ? seingatnya, terakhir mereka bertemu adalah di ruang klub seminggu yang lalu, Kawamura mengatakan hari itu merupakan hari terakhirnya bermain tennis dan berniat menyimpan raketnya.

Fuji mengangguk senang, ya... Kawamura memang sudah berkali-kali menyatakan keinginannya untuk berhenti bermain tennis dan memfokuskan diri untuk berlatih membuat sushi. Tampaknya Kawamura sudah memutuskan untuk meneruskan usaha ayahnya.

Jadi, apakah Kawamura datang ke sekolah atau tidak ?

Fuji melayangkan pandangannya ke gerbang sekolah. Sepi, tidak terlihat seorang-pun. Padahal kemarin sepulang sekolah Fuji dan semua anggota reguler berkumpul di sana. Mereka berniat untuk mengadakan pesta perpisahan kecil-kecilan di warung Kawamura.

Yah, Kawamura memang ramah dan baik hati, sangat baik hati malah menurut Fuji, dia bersedia menutup warungnya jika klub seigaku berhasil memenangkan pertandingan dan mengadakan pesta secara gratis. Oh, baiklah mungkin itu ayahnya yang bermurah hati. Tapi cobalah kau berkunjung ke rumah Kawamura, pasti akan disambutnya dengan kata ‘itterashaii...’ yang diserukan dengan nada ramah.

Fuji tersenyum membayangkan Kawamura yang berteriak begitu melihat pintu terbuka. Yah tentu saja kau akan di sambut dengan baik. Karena rumahnya merupakan warung sushi, dan tentu saja semua penjual selalu menyambut tamu yang datang dengan baik. Cobalah datang di malam hari saat warung sudah tutup, pasti kata yang kau dapat adalah ‘ada apa malam-malam ke sini ?’

Fuji menggelengkan kepalanya, oke, ini sudah melantur jauh. Kembali ke masalah awal. Ada di mana Kawamura sekarang ?

Seperti yang sudah terlintas pertama kali, sudah seminggu ini Fuji tidak bertemu ataupun berpapasan dengan Kawamura di sekolah. Jadi kemungkinan besar dia tidak datang. Lalu ada di mana dia sekarang ?

Kawamura merupakan anak yang baik hati dan suka menolong, kalau melihat sifat dan keinginannya yang ingin membantu ayahnya sampai-sampai rela meninggalkan tennis, sudah pasti sekarang Kawamura sedang berada di rumah. Membantu ayahnya.

Fuji mengangguk puas dengan hasil analisanya tentang Kawamura, dia yakin bahwa tebakannya benar dan menuliskan kata ‘rumah’ di samping tanda panah. Tersenyum samar saat membayangkan bahwa saat ini Kawamura pasti sedang sibuk mengantarkan teh dan membersihkan meja.

Baiklah, satu selesai. Lalu sekarang siapa lagi yang akan Fuji telusuri jalan pikirannya ?

Bagaimana kalau temannya yang mendapat julukan sebagai ‘data man’ ? Fuji mengangguk setuju dengan usulannya dan menuliskan kata ‘Inui’ di bawah nama Kawamura.

Fuji kembali menopang dagu dan mulai berkelana dalam pikirannya. Sosok Inui terlihat jelas di matanya.

Nah ? kira-kira ada di mana Inui sekarang ?

Rumah ? kata itu yang pertama terlintas di kepala Fuji, karena hasil analisis Kawamura menunjuk ke rumah.

Tidak. Fuji menggelengkan kepalanya pelan. Tidak, mustahil Inui memilih berada di rumah. Temannya yang satu itu tampaknya lebih sering terlihat dan berada di tempat-tempat tak terduga untuk mengumpulkan data.

Jadi, ada di mana Inui sekarang ?

Kalau berhubungan dengan koleksi data-nya, berarti Inui harus berada di jarak pandang dengan orang yang datanya ia kumpulkan. Siapa orang itu ? mereka, anggota klub tennis. Bukan lebih spesifik lagi, para anggota reguler. Jadi sudah pasti Inui berada di dalam lingkungan sekolah.

Fuji tersenyum puas dengan kesimpulannya. Kemudian melanjutkan dengan mengira-ngira tempat yang memungkinkan untuk mengambil data.

Ruang klub ?. bukan, Fuji tidak terlalu suka dengan ide ini. Lalu, lapangan ? Ya, Fuji menyukai pemikirannya kali ini. Tapi tak lama kemudian Fuji menggelengkan kepala, menyadari bahwa jalan pikirannya salah.

Bukan, bukan lapangan. Lapangan terlihat dari tempatnya duduk, dan lapangan itu sepi. Tidak ada seorangpun yang berlatih, jadi tidak mungkin bagi Inui untuk mengumpulkan data.

Lalu, di mana ? bagaimana dengan ruang kelas ?

Fuji tersenyum membayangkan Inui berdiri di sudut ruangan dengan buku catatan di tangan mengawasi seluruh anak dalam kelas.

Tidak, guru-guru pasti akan mempertanyakan tingkah laku Inui jika ia nekat mengumpulkan data dengan cara itu. Lalu, di mana ?

Sepertinya kebiasaan mengumpulkan data bukan jalan yang tepat untuk mencari tempat keberadaan Inui. Maka, Fuji beralih pada hobby Inui yang satu lagi, membuat minuman yang dikenal sebagai ‘jus Inui’.

Fuji mengangguk senang, ya, tampaknya kali ini arah yang dipilihnya tidak salah. Jadi di mana tempat yang bisa untuk membuat jus mematikan itu ?

Ruang klub ? cukup mungkin, tapi Tezuka sudah pernah melarang Inui untuk membuat atau membawa benda-benda aneh yang tidak diketahui keamanannya untuk dikomsumsi di ruang klub. Dan Inui merupakan salah satu anak yang cukup pintar untuk melanggar larangan Tezuka.

Lalu ? tempat apa yang bisa digunakan untuk membuat jus, diperbolehkan membawa bahan-bahan yang tidak lazim ditemukan di sekolah, juga tersedia alat untuk mencampur semua bahan itu dan tidak mengganggu kenyamanan umum dengan bau-bauan yang kadang muncul dari jus ramuan temannya.

Harus tempat yang jarang didatangi orang dan tertutup, mungkin. Pikir Fuji sembari kembali melayangkan pandangannya ke luar jendela. Fuji membutuhkan referensi untuk menemukan tempat yang sesuai dengan persyaratan yang diajukannya sendiri.

Mata Fuji menangkap sebuah bangunan yang terletak di sudut sekolah. Seketika itu matanya segera bersinar gembira.

Ya, di sana. Kalau di sana bisa. Kata Fuji pelan sembari menganggukan kepala yakin.

Lab. Biologi. Fuji menuliskan tempat yang ditemukannya di samping tanda panah nama Inui. Fuji yakin ia benar. Bukankah Inui juga sering dijumpai menyepi di tempat itu saat istirahat siang maupun jam kosong.

Bahkan sudah ada kesepakatan tak resmi di kalangan anak kelas 3 kalau Inui merupakan asisten guru Biologi. Yah, sudah tentu karena terlalu seringnya Inui meminjam kunci lab pada guru Biologi sehingga akhirnya ia mengijinkan Inui membawa kunci duplikat yang satunya agar tidak perlu mengganggunya setiap kali ingin memakai lab.

Fuji kembali meluruskan tangan dan kakinya, melemaskan otot sejenak sebelum kembali melanjutkan petualangan yang terjadi dalam kepalanya.

Kikumaru masih asyik mengobrol dengan kedua temannya di bangku paling belakang.

Fuji tersenyum dan kembali menghadapi buku catatannya. Kali ini siapa lagi yang akan ia jadikan objek pengembaraan ?

Fuji memandang berkeliling, seolah berharap seseorang akan tertangkap dalam matanya agar bisa digunakan untuk meneruskan permainan ini.

Suasana kelas masih tetap sama. Fuji menyerah untuk mencari inspirasi siapa yang berikutnya dari suasana kelas saat tiba-tiba tertangkap olehnya sebuah jahitan yang tidak terlalu rapi pada sebuah tas yang tergeletak di meja tak begitu jauh darinya, hanya selang beberapa kursi di kanan depan.

Kenapa pakai benang warna putih ? pikir Fuji saat melihat perbedaan warna yang sangat kontras di tas hitam itu. Seharusnya pilih warna gelap seperti biru tua atau coklat atau hitam saja supaya tidak kelihatan.

Tunggu dulu, kenapa jadi memikirkan itu. Ah, ini pasti gara-gara Nee-san dan Okasan sering menceramahiku tentang pemaduan warna jika membetulkan barang.

Eh, sebentar, apa yang kupikirkan tadi ? Nee-san dan Okasan ? Okasan ? mata Fuji bersinar cerah mendengar kata yang diucapkannya dalam hati.

Okasan, benar juga. Baiklah, kali ini target permainan berpindah ke Seigaku no Okasan.

Fuji menuliskan kata ‘Ooishi’ pada buku catatannya dan dengan segera sosok Inui di kepalanya berubah menjadi sang fukubuchou klub tennis itu.

Nah ? kita mulai lagi. Di mana kira-kira Ooishi sekarang ?

Sudah pasti di sekolah, kata Fuji pada dirinya sendiri. Tidak mungkin Ooishi yang terkenal sangat perhatian pada semua orang itu tidak datang ke sekolah pada hari-hari menjelang kelulusan. Ia pasti akan datang untuk memberi semangat pada teman-temannya.

Lalu di bagian mana sekolah Ooishi berada ?

Kelas ? ruang klub ?

Fuji lebih suka dengan ide yang terakhir. Mustahil Ooishi berada di kelas, sebagian besar anak pasti tidak akan datang ke sekolah sama seperti yang terjadi pada kelasnya sendiri. Jadi, untuk apa Ooishi berada di kelas kalau tidak ada seorangpun.

Lalu ? ruang klub ?!.

Fuji mengalihkan pandangannya pada bangunan kecil di tepi lapangan tennis. Tidak ada tanda-tanda kehidupan dari sana. Apakah dugaannya salah ?

Tidak. Fuji sangat yakin dengan tebakannya. Apa kira-kira yang dikerjakan Ooishi di ruang klub yang sepi itu kalau begitu ?

Fuji tersenyum dan mulai membayangakan bahwa fukubuchou-nya yang selalu khawatir berlebihan itu pasti sedang mengecek segala sesuatu dan peralatan di ruang klub untuk memastikan bahwa mereka bekerja dengan baik dan dapat digunakan oleh adik kelas dengan aman.

Ah, tapi itu hanya sebuah spekulasi yang untung-untungan tanpa dasar yang kuat. Tapi Fuji yakin dengan ide-nya tentang apa yang sedang dilakukan Ooishi.

Fuji kembali mamperhatikan bangunan kecil itu ketika tiba-tiba pintu-nya terbuka dan sesosok anak muncul dari dalam dengan membawa gulungan net. Berjalan menuju belakang sekolah dan untuk beberapa saat menghilang dari pandangan.

Fuji masih tetap mengamati bangunan yang pintunya dibiarkan terbuka itu. Fuji yakin anak yang baru saja keluar akan kembali tak lama lagi. Dugaannya benar, anak itu kembali dengan membawa sebuah sapu di tangannya.

Fuji tersenyum senang, kegembiraan seolah meluap di hatinya mengetahui tebakannya benar. Dengan penuh kemenangan Fuji menuliskan kata ‘ruang klub’ pada nama Ooishi.

Nah, sudah 3 orang yang diselesaikannya. Fuji tersenyum puas menatap tulisan tangannya di buku catatan.

4 orang lagi. Siapa berikutnya, Momo ? Kaidou ? atau Echizen ?. pikir Fuji dengan semangat. Tapi detik berikutnya Fuji tertawa pelan menyadari kebodohannya. Tidak mungkin salah satu dari ketiga anak yang menjadi finalis permainannya bisa dijadikan objek.

Ya, Fuji baru ingat. Meski kelas 3 bebas dan boleh datang sesukanya ke sekolah, karena memang sudah tidak ada kegiatan. Tapi anak-anak kelas 2 dan 1 masih ada kegiatan penting yang tersisa, apalagi kalau bukan ujian kenaikan kelas.

Benar, tidak perlu analisis yang panjang untuk menentukan di mana ketiga anak itu berada. Sudah pasti mereka berada di kelasnya masing-masing, menghadapi lembar soal dan berkutat dengan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin tidak disukainya.

Jadi, yang tersisa tinggal satu kalau begitu.

Ya, siapa lagi kalau bukan Tezuka Kunimitsu, kapten klub tennis mereka yang banyak menarik perhatian dari berbagai pihak. Karena ternyata Kikumaru masih tetap berada di tempatnya, kali ini entah apa lagi yang mereka bertiga perebutkan, mungkin roti jatah makan siang.

Fuji menuliskan nama ‘Tezuka’ dalam buku catatannya, membuat tanda panah di sampingnya dan untuk sesaat mengamati sebelum akhirnya menuliskan beberapa kata lagi di sampingnya.

Rumah, sekolah.

Fuji menggelengkan kepalanya dan dengan cepat memberi tanda silang di atas kata ‘rumah’. Sudah pasti Tezuka tidak akan berdiam diri di rumah. Lebih masuk akal menemukan kapten tanpa ekspresi itu di lingkungan sekolah.

Fuji melingkari kata ‘sekolah’ dan membubuhkan beberapa tanda strip di bawahnya. Setelah berpikir sebentar, Fuji mengisi tempat kosong di samping tanda itu, masing-masing dengan satu kata.

Kelas, perpustakaan, ruang OSIS, ruang klub, lapangan.

Ada banyak tempat yang terpikirkan oleh Fuji, sehingga ia memutuskan untuk menulis semuanya terlebih dahulu sebelum mencoba menganalisa. Tampaknya kali ini sedikit lebih sulit daripada yang sudah-sudah.

Fuji menatap kata pertama. Kelas. Nah mungkinkah Tezuka sedang berada di dalam kelas sekarang ?

Entahlah, Fuji merasa 50-50 dengan ide mengenai ini. Tapi tunggu dulu. Setahunya, Tezuka bukan merupakan anak yang bisa bertahan cukup lama di kelas tanpa melakukan sesuatu. Kalaupun hanya untuk mengisi waktu dengan membaca buku atau mengerjakan hal lain, Tezuka lebih suka tempat yang tenang.

Perpustakaan ? Fuji kembali tidak yakin. Memang pada hari-hari biasa, Fuji akan dengan pasti mengatakan kalau Tezuka akan berada di perpustakaan daripada di dalam kelas. Tapi hari-hari seperti saat ini, di dalam kelas-pun akan terasa sama tenangnya dengan di perpustakaan.

Lalu yang mana ?

Nanti saja, coba ke tempat berikutnya dulu. Ruang OSIS.

Fuji memandang kata ‘ruang OSIS’ yang dibuatnya dengan seksama.

Selain ketua klub dan ketua kelas, Tezuka juga menjabat sebagai ketua OSIS, jadi tidak aneh kalau ia ada di sana. Bahkan kadang Fuji memang bisa menjumpai Tezuka di ruangan yang sangat luas untuk ditempati satu orang anak itu.

Tidak. Fuji menggelengkan kepalanya perlahan. Upacara kelulusan tinggal beberapa hari lagi, tidak mungkin Tezuka belum menyelesaikan tugas-tugasnya yang berhubungan dengan OSIS. Pasti sudah selesai sejak minggu lalu.

Kali ini Fuji mengangguk setuju dengan pemikirannya dan membubuhkan tanda silang di atas kata ‘ruang OSIS’.

Mata Fuji bergerak pada kata berikutnya. Ruang klub.

Fuji tersenyum senang, kali ini dengan pasti tanpa berfikir Fuji membubuhkan tanda silang juga pada kata itu. Karena Ooishi berada di ruang klub sendiri, jadi tidak mungkin Tezuka berada di sana.

Dari mana dia tahu Ooishi sendirian ? karena jika ada 2 orang atau lebih yang sedang bersih-bersih, maka akan terlihat dengan jelas, dan Ooishi tidak akan membawa 2 gulungan net sekaligus, pasti orang yang bersamanya akan membawakan yang satunya. Atau kalau tidak, orang yang satunya yang akan mengambil sapu saat Ooishi pergi ke belakang sekolah.

Dan Fuji kembali dengan yakin mencoret kata ‘lapangan’ dari daftar karena memang di lapangan tidak ada orang. Jika ada yang berlatih di sana, Fuji akan bisa melihatnya dari sini.

Tapi tunggu dulu, bagaimana kalau Tezuka berlatih di lapangan di luar sekolah dan tidak datang ke sekolah ? bukankah kemungkinan untuk itu bukan 0 ? Tezuka merupakan tipe orang yang suka berlatih sendiri tanpa diketahui orang lain, hampir sama dengan dia sendiri.

Kening Fuji berkerut menemukan kemungkinan baru yang terlintas dalam kepalanya. Jadi bagaimana ini ? kira-kira ada di mana Tezuka sekarang ?

Fuji mencorat-coret buku catatannya sembarangan, membuat pola-pola melingkar dengan garis yang ditariknya tanpa maksud tertentu. Matanya tertuju pada kata yang masih bebas dari tanda silang.

Di mana ? kalau aku Tezuka, sekarang aku ada di mana ? Fuji terus-menerus menggumankan kata tanya ‘di mana’ dengan pelan untuk memaksa otaknya agar tetap berpikir.

Karena terlalu fokus pada dunianya sendiri, Fuji tidak sadar seseorang berjalan menghampiri dan berdiri selama beberapa saat di sebelahnya, menatap coretan tangannya dengan kening berkerut.

Kelas, perpustakaan, tempat latihan tennis.

Fuji membaca ketiga tempat itu berkali-kali.

Kelas, perpustakaan, tempat latihan tennis, kelas 3-6.

Ulang Fuji.

Eh, sebentar, tunggu dulu.

Fuji manatap buku catatannya dengan mata terbuka. Perhatiannya tertuju pada kata ‘kelas3-6’ yang jelas-jelas dikenali Fuji sebagai bukan tulisan tangannya dan memang ia tidak merasa pernah menulis kata itu.

Fuji memperhatikan huruf yang rapi, kaku dan terkesan seperti ketikan itu. Dan dengan segera Fuji mengenali siapa pemilik tulisan tangan yang entah sejak kapan sudah berdiri di sampingnya.

Tezuka ?” kata Fuji saat akhirnya menyadari kehadiran pendatang yang menerobos masuk alam pikirannya

tampaknya kau cukup bersenang-senang di alam pikiranmu” kata Tezuka menunjuk buku catatan di depan Fuji

ah, ha...ha...ha...” Fuji tersenyum menyadari Tezuka bisa menebak apa yang dilakukannya “hanya mengisi waktu senggang. Tadi aku sedikit bosan dan kupikir cukup menarik kalau bisa bermain sebentar saja”

menemukan permainan baru lagi ?”

yah, begitulah. Cukup menyenangkan, kau mau mencobanya juga ?” tawar Fuji sambil kembali memamerkan senyum malaikatnya.

tidak” jawab Tezuka tegas

ah, sayang sekali. Padahal kan ini menarik”

daripada itu, kalau kau punya waktu luang aku mau minta tolong”

apa ?”

ikut aku. Ada yang harus kukerjakan dan aku butuh bantuanmu”

oh, baiklah. Sebentar aku membereskan tas-ku dulu”

Fuji memasukkan buku catatan dan pensilnya ke dalam tas sebelum mengikuti Tezuka keluar kelas. Saat di ambang pintu Fuji bisa mendengar seruan Kikumaru padanya.

mau kemana nya ?”

Fuji tersenyum sebelum menjawab dengan ringan pertanyaan Kikumaru.

kencan”


--- bersambung ke part End ---


Harry Potter Magical Wand