Marquee Tag - http://www.marqueetextlive.com

Sabtu, 31 Juli 2010

(fanfic) Promise Song

PROMISE SONG


Title: Promise Song
Disclaimer: If they are mine, I'll make Akanishi work hard with solo and KAT-TUN.....
Pair: Whatever happen AKAME is still love each other
Genre: Friendship?
Music: Tipsy Love, Precious One, NEIRO, FARAWAY, Promise Song, You one in the million, I Knew I love You
A/N: Please listen 'PROMISE SONG' when you read this. (^_^)



Chapter 2 Faraway

Yamapi dan Ryo bekerja dalam diam mengosongkan locker milik Akanishi sembari sesekali saling bertukar pandang, masing-masing berusaha menyuruh yang lainnya untuk menghampiri dan men-support Akanishi yang sedari tadi hanya duduk diam tak jauh di belakang mereka.

Setelah untuk yang kesekian kalinya Ryo memberinya pandangan ‘aku tidak mungkin membuatnya lebih baik dengan mengkritik kan?!’ maka Yamapi akhirnya menghela nafas mengalah dan berbalik hendak melaksanakan tugasnya. Selama ini memang begitulah peran mereka dalam kehidupan Akanishi, tugas Ryo mengkritik sementara Yamapi menasehati.

Ryo mengangkat kedua alisnya saat melihat tidak sampai satu detik Yamapi kembali berpaling dan mulai meneruskan kegiatan awal mereka.

“Apa?” kata Ryo tanpa suara saat tidak menangkap maksut Yamapi yang memberi kode dengan gerakan mata dan kepalanya. Selama beberapa kali Yamapi hanya mengulang-ulang gerakannya, membuat Ryo akhirnya menghela nafas dan menoleh ke belakang yang dengan segera di sesalinya.

Akanishi duduk di sebuah kursi memandang ke luar jendela dengan ekspresi yang menyedihkan. Berkali-kali mengerjabkan matanya berusaha menahan air mata yang sebagian sudah lolos mengalir dengan tangan kanan yang bertopang pada tepi jendela di tekankan kuat-kuat pada mulutnya agar tidak ada suara yang keluar meski sekecil apapun sementara tangan kirinya sibuk meremas buku yang sudah hampir tak berbentuk lagi.

Ketika akhirnya usaha Akanishi sia-sia, Yamapi dan Ryo kembali bertukar pandang dan menghela nafas dalam diam. Mereka berpendapat untuk membiarkannya saja selama beberapa saat. Itu yang terbaik.

Cahaya matahari mulai meredup dan berubah menjadi sinar-sinar kemerahan yang menerobos masuk melalui kaca jendela menandakan malam mulai datang menghampiri. Lampu di ruangan itu belum di nyalakan, membuat Yamapi dan Ryo tidak tahu harus berucap syukur atau menyumpahi karena penglihatan mereka terganggu sehingga kesulitan menyelesaikan pekerjaan mereka, tak perlu waktu lama bagi mereka berdua memutuskan bahwa mereka harus bersyukur ketika suara isak tangis Akanishi mulai bertambah keras. Setidaknya mereka tidak perlu melihat raut wajah Akanishi, karena hanya dengan mendengar suaranya saja sudah cukup untuk membuat mereka sedih. Dalam keremangan itu, entah dari mana samar-samar terdengar alunan sebuah lagu…….

Tokei no hari modoshite Hi ga ochiru ano heya no naka
Kuchibiru kara koboredasu Kotoba kono te de tomeru made………

***

Kame menghempaskan tubuhnya ke lantai dengan kesal. Sejak dibuatnya keputusan keluarnya Akanishi, Kame selalu berusaha untuk mengendalikan dirinya agar tetap tersenyum dan menjawab segala pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dengan suara normal. Sejak dulu, inilah yang menjadi ketakutan terbesarnya. Sejak Akanishi pertama kali mengutarakan keinginannya untuk study abroad 4 tahun yang lalu, Kame selalu merasa bahwa suatu saat Akanishi akan meninggalkan mereka, meninggalkan KAT-TUN, meninggalkannya.

Ketakutan itu semakin besar saat Akanishi pulang setengah tahun kemudian. Dan setiap harinya selalu bertambah besar.

Entah kenapa, Kame merasakan Akanishi yang berdiri di sampinganya tidak lagi orang yang sama dengan Akanishi yang selama ini dikenalnya. Dia tidak lagi begitu terbuka dengannya, menjadi lebih pendiam dan tenang saat bersama yang lain.

Pada awalnya Kame tidak begitu memperhatikan, kesibukannya sendiri sudah cukup menyita waktu. Namun entah sejak kapan, Akanishi tidak lagi datang kepadanya saat memiliki masalah, tidak lagi menyeretnya hanya untuk sekedar jalan-jalan, tidak lagi tersenyum saat berbicara padanya, dan masih banyak daftar tidak lagi lainnya yang membuat Kame tersadar.

Akanishi berubah.

Memang mereka masih bersama, bercanda dan lainnya, tapi ada sesuatu yang hilang sejak kembalinya Akanishi dari LA, atau mungkin bahkan sudah ada sejak sebelum dia berangkat ke LA, Kame tidak tahu lagi.

Kame merasa sudah sangat terlambat saat menyadarinya.

Mune ni himeta ketsui ni Yorikakatta atarashii kimi
Boku wa nani mo shiranaide Soba ni iru you de inakute
Ushinatta ato de Kidzuku nante osoi yo
Kioku no kanata e to Kimi wo tebanashita

“Kame” suara Ueda memecahkan lamunan Kame yang dengan segera bergerak untuk menekan tombol stop satu-satunya player di ruangan itu yang sering mereka gunakan untuk latihan.

“Kame”

“Kame-chan”

Kedatangan Koki dan Maru membuat Kame melupakan player yang masih menyala pelan di sampingnya, berusaha memperbaiki sikapnya dan tersenyum tepat saat Taguchi muncul di ambang pintu.

“Kenapa kalian semua ke sini?” tanya Kame

“Kamu yang kenapa? Tiba-tiba pergi” sahut Koki

“Aku cuma ingin latihan sebentar” jawab Kame

Nakamaru berguman tidak percaya sementara Taguchi hanya berdiri tanpa bersuara, takut jika salah mengatakan sesuatu dan membuat keadaan menjadi lebih buruk.

“Katakan saja kalau ada yang ingin kamu katakan, itu akan membuat mu lebih lega” kata Nakamaru “Kamu sudah berusaha berhari-hari menahannya, sudah cukup, kita sudah tidak berdiri di depan banyak orang seperti di Tokyo Dome atau dihadapan sekumpulan war..…”

“Tidak ada” potong Kame “Aku sudah bilang kan aku cuma mau latihan. Aku baik-baik saja, kenapa kalian cemas sekali? Memangnya apa yang harus ku…”

“Cukup! Kamenashi Kazuya” seru Ueda yang segera meraih lengan Kame “Sudah! Hentikan. Kami tahu apa yang kamu rasakan, kami semua juga sama. Marah, teriak, atau menangislah. Lakukan apa saja selain berdiam diri dan menahan semuanya sendirian”

“Masih ada kami Kame. Ini bukan akhir, ini awal yang baru, kita harus terus melangkah ke depan. Ke mana perginya Kamenashi yang selalu bersemangat? Ke mana perginya Kamenashi yang selalu gembira untuk teman-temannya?” lanjut Nakamaru

“Katakan…” kata Ueda saat melihat Kame membuka mulutnya ragu-ragu.

“Masih bisa bersama kan?” Ueda tersenyum mengangguk menyadari apa maksut pertanyaan Kame

“Masih bisa bertemu kan?” Ueda kembali mengangguk, menatap Koki yang segera memalingkan wajah dan menutup mulutnya, berusaha meredam suara tangisnya sendiri.

“Masih bisa melihatnya kan?” Ueda memandang Nakamaru meminta bantuan saat mendengar suara pelan Taguchi yang jatuh terduduk memeluk lutut di ambang pintu dengan kedua mata mulai basah.

“Masih bisa mendengar suaranya kan?” kali ini Nakamaru ikut mengangguk sembari mengigit bibir bawahnya berusaha menghentikan air yang mulai mengalir perlahan dari kedua matanya.

“Meski…meskipun terpisah jauh……” tangis Kame pecah tak terkendali dalam pelukan Ueda membuat kalimatnya terputus-putus tak jelas “Meski…. pergi … berada …. di tempat ….yang … jauh …. sekalipun…..”

Ueda berusaha menahan diri agar tidak ikut menangis. Salah satu dari mereka harus kuat. Dia tidak boleh ikut menangis lagi di sini. Tidak di saat semua temannya jatuh dan butuh penopang. Dia bisa menangis sepuasnya nanti.

Tanpa mereka sadari, sebuah lagu masih terus mengalun pelan menyelimuti suara isak tangis mereka, terus mengalun bersama angin dalam keremangan cahaya senja. Menyelinap keluar dan memenuhi udara dengan keharuan.

Tokei no hari modoshite Hi ga ochiru ano heya no naka
Kuchibiru kara koboredasu Kotoba kono te de tomeru made
Kokoro wa shitteta Kimi ga tabidatsu hi wo
Todokanai basho e to Boku wa miokuru
Hanaretemo yoake wa Hikari wo tsurete kuru kara
Namida wo tokashite Omoi tsutawaru made
Iki isogu koto sae Kimi no tame da to omotteta
Moshi sekai no ura hanaretemo
Todaenai kizuna kanjite


***___***

Minggu, 25 Juli 2010

(fanfic) Promise Song

PROMISE SONG


Title: Promise Song
Disclaimer: If they are mine, I'll make Akanishi work hard with solo and KAT-TUN.....
Pair: Whatever happen AKAME is still love each other
Music: Tipsy Love, Precious One, NEIRO, FARAWAY, Promise Song, You one in the million, I Knew I love You
Genre: Friendship?
A/N:
Hi, I am back with fic. The news about A leave KAT-TUN got my interested, so I made a fanfic about this. Please listen Promise Song when you read this.



Chapter 1 Real Face

“Huruf A grup band terkenal KAT-TUN dari Johnnys Entertaiment, Akanishi Jin (26 th) dinyatakan akan lulus dari grup KAT-TUN. Pernyataan ini di sampaikan oleh Johnny dalam World Tour KAT-TUN kemarin malam di Tokyo Dome. Akanishi Jin saat ini sedang bersiap untuk mengadakan Tour Consert di USA setelah consert awalnya di LA kemarin meraih sukses besar. Sementara itu Johnny juga mengatakan bahwa KAT-TUN akan tetap bertahan dengan 5 orang, huruf A akan diambil dari nama Kamenashi………”

“Matikan!” kata Kame

“Eh?”

“Kubilang MATIKAN!!!” ulang Kame

Koki segera menyambar remote dan mematikan televisi, menggumankan kata ‘Maaf’ saat menyadari tatapan dari ketiga teman band-nya yang lain.

“Tadi kan acara perkenalan restoran yang enak, bukan salahku kalau tiba-tiba jadi siaran berita hiburan” Koki membela diri pelan sambil mengikuti gerakan Kame yang menjatuhkan diri ke sebuah kursi di pojok ruangan setelah menyambar sebuah buku dari atas meja dengan matanya.

Taguchi mengeluarkan DS dari dalam tas-nya saat merasakan udara di ruangan base mereka mulai terasa berat. Sudah beberapa hari ini suasana di sekitar mereka menjadi suram. Sungguh kontras dengan kenyataan bahwa mereka baru saja hendak memulai World Tour, oke mungkin lebih tepat Asia Tour meski Taiwan, Korea dan China tidak bisa dianggap mewakili seluruh Asia, yang seharusnya merupakan hal yang menggembirakan.

Sudah sejak akhir tahun lalu berita tentang keluarnya sang pemilik huruf A terasa di udara, namun dengan berpegang pada kenyataan bahwa meski tidak saling cocok mereka tidak akan bubar, kenyataan yang sudah dapat diperkirakan itu berusaha disangkal. Saat Johnny mengatakan pada Akanishi untuk mempertaruhkan posisinya dalam KAT-TUN pada keberhasilan konser-nya pun, mereka masih tetap meyakinkan diri bahwa KAT-TUN sampai kapanpun akan selalu bersama.

Ueda memandang Koki memperingatkan. Secara umum, ya, mereka semua memang terkejut dengan keputusan ini, meski dalam hati masing-masing sudah menduga bahwa hal ini akan terjadi cepat atau lambat. Baik Ueda, Koki, Nakamaru dan bahkan Taguchi sudah menyiapkan diri untuk mendengar dan menerimanya dengan lapang hati, namun mereka lupa untuk mempersiapkan diri menghadapi akibatnya pada anggota termuda mereka.

Kamenashi, tidak seperti yang lain, meski sudah bisa menduga tapi tetap saja tidak juga siap untuk menghadapi hal ini.

Koki dan Nakamaru saling bertukar pandang untuk memutuskan apa yang sebaiknya mereka lakukan agar bisa mengurangi kesuraman di ruangan saat Ueda tiba-tiba berseru, tidak terlalu keras untuk dapat di dengar Kame yang berada di ujung ruangan, pada Koki.

“Tutup pintunya dari luar!” desis Ueda

“Eh?” kata Koki untuk yang kedua kalinya dalam hari itu.

Nakamaru yang berada di samping Koki segera beranjak hendak melaksanakan perintah Ueda, ya, dia sudah terbiasa bertindak dahulu sebelum bertanya jika menyangkut dengan orang yang bernama Ueda Tatsuya, namun terlambat.

“Sejak kapan aku ganti profesi jadi tukang angkat barang” terdengar suara protes Ryo dan tawa Yamapi dari luar, tak lama kemudian orang yang sangat mereka kenal berdiri di ambang pintu dengan senyum khas-nya.

Rupanya Ueda sudah mendengar langkah mereka terlebih dahulu.

“A-Akanishi?” kata Koki “Bukannya kamu sudah kembali ke LA?”

Ueda berguman pelan sementara Nakamaru menatap Akanishi dengan ekspresi sebagian terkejut dan sebagian takut membayangkan apa yang akan terjadi, bahkan Taguchi mengalihkan perhatiannya dari DS dan menahan nafas tegang.

“Kenapa dia selalu muncul tiba-tiba tanpa memberi tahu sih” runtuk Ueda dalam hati mengingat temannya yang satu ini selalu tiba-tiba saja berdiri di depannya meski seharusnya dia berada di belahan bumi yang lain.

“Celaka” Nakamaru berkata dalam hati sembari membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba kering dan bertukar pandang dengan Koki.

“Akanishi pasti punya pintu ke mana saja milik doraemon” pikir Taguchi

Senyum yang tadinya terukir di wajah Akanishi memudar saat dia menyadari atmosfer yang menyelimuti ruangan.

“Uh, umm…” Akanishi menggerakkan tangannya ke loker miliknya sebagai jawaban bahwa dia datang untuk mengambil beberapa barang miliknya yang masih tersisa, berharap mereka menangkap maksut gerakannya.

“Kami tunggu di luar saja ya” Yamapi segera menarik Ryo pergi saat melihat Kame mengangkat wajahnya dari buku dan melangkah menghampiri mereka dengan ekspresi yang sulit diartikan.

“Kaz, I mean Kame….nashi…-kun….” kata Akanishi pelan melihat bahwa keempat temannya melangkah mundur untuk memberi jalan pada Kame sambil tetap mengawasi mereka berdua dalam diam.

PLAK!!

Kamenashi melemparkan buku yang dibawanya ke arah Akanishi dan melangkah pergi begitu saja meninggalkan ruangan.

“Kame” seru Ueda yang segera berinisiatif mengejar Kame

“Kame” Nakamaru mengikuti jejak Ueda

“Kame-chan” Koki segera menyusul kedua temannya.

“Kamu bisa pergi Taguchi, susul mereka, susul Kazu, dia lebih butuh kalian daripada aku” kata Akanishi saat melihat Taguchi ragu-ragu hendak menyusul Kame atau memberi kata penghiburan buatnya.

Taguchi tersenyum sebelum menepuk pundak Akanishi dan meninggalkannya sendirian.

Setelah langkah kaki Taguchi tidak lagi terdengar, Akanishi membungkuk dan mengambil buku yang dilemparkan Kame ke arahnya. Dia menyadari bahwa itu buku percakapan standar Jepang-Korea milik Ibunya yang dipinjam Kame baru-baru ini.

“Gomen” guman Akanishi meremas buku di tangannya “Gomen, Kazu”

***

“Eh? Kazu ke sini?” tanya Akanishi saat menyempatkan diri mampir ke rumah untuk minta makan karena apartementnya kehabisan stok makanan. Sebenarnya masih ada satu pasta instant, tapi untunglah Akanishi ingat kalau ia membelinya 2 bulan yang lalu tepat sebelum dia berangkat ke LA sehingga memilih untuk berkunjung ke rumah orangtuanya demi alasan keamanan.

“Sebelumnya dia mengirim pesan dan bertanya kalau-kalau bisa meminjam buku. Katanya dia tidak ingin cuma tahu kata ‘oppa’ kalau ditanya bahasa Korea lagi seperti kemarin”

“Oh” guman Akanishi tak peduli. Ibunya memang sering bertukar pesan dengan teman-teman yang akrab dengannya seperti Yamapi atau Ryo. Tentu saja dengan menyertakan bahasa Korea seperti biasa, akibat dari hobinya melihat dorama-dorama Korea.

“Kazuya itu tidak seperti kamu yang tidak pernah memberi kabar ke rumah. Coba kalau dia anakku” kata Ibunya berkhayal

“Bukan salahku” Akanishi membela diri “Aku terlanjur mengeset penggunaan biaya telfon, mana aku tahu kalau aku sudah menggunakan semuanya hanya untuk mengurus keperluan konser”

“Lalu kenapa kamu pulang? Bukannya kamu bilang 6 bulan lagi baru pulang?”

“Ibu benar Ibuku?”

“Sayangnya benar” keluh Ibunya lagi

“Well, I am sorry but it’s me who became your son. Where Reio and Dad anyway?” kata Akanishi mengalihkan pembicaraan

“Jangan bicara pakai bahasa yang tidak kumengerti”

“Siapa yang selalu mengirim pesan pakai bahasa Korea?”

“Pokoknya pastikan mengirim kabar ke rumah……”

“Whatever” guman Akanishi memutar mata, lebih memilih untuk meneruskan menyerang piring di hadapannya dan mengacuhkan komentar-komentar Ibunya.

Konser-nya berlangsung dengan sangat sukses. Dan sejujurnya Akanishi senang sekaligus takut dengan hasil yang di dapatnya ini. Dia masih ingat pembicaraan bersama Johnny saat tawaran Konser di LA datang bulan Februari yang lalu. Saat itu tanpa berpikir panjang Akanishi segera menerimanya dengan segala resiko.

Well, It’s his dream and the big chance.

Dan sekarangpun Akanishi masih tidak menyesali keputusannya, konser awalnya sukses besar dan ia mendapat tawaran lagi untuk konser tour 7 Kota di Amerika. Menejer-nya juga mengatakan bahwa mereka sudah menge-set jadwal untuk konser-nya di tahun 2011. Hanya untuk-nya, bukan KAT-TUN.

Bukan rahasia lagi kalau keberadaannya dalam KAT-TUN membuatnya kurang nyaman. Akanishi tidak membenci KAT-TUN, hanya saja sejak awal keinginannya adalah untuk di kenal sebagai Akanishi Jin, bukan A dari KAT-TUN. Lagipula, bersama KAT-TUN, meski cukup menyenagkan, tetapi kebebasannya berkreasi terbatas. Dengan berjalan sendiri semua ide, musik, kata-kata dan masih banyak lagi hal yang ada di kepalanya bisa dikeluarkan dengan bebas.

KAT-TUN memang bukan tim solit dengan member-ai. What the Hell?! Mereka bahkan tidak mencantumkan kata itu dalam kamus pedoman KAT-TUN. Masing-masing egois dan keras kepala, tentu saja Akanishi yang paling keras kepala, itu dia akui. Tapi meski begitu mereka sadar bahwa mereka berjalan ber-enam, sehingga mau tidak mau mereka akan menurunkan sedikit sampai ke batas akhir ego masing-masing mengijinkan untuk menyamakan langkah.

Akanishi bersyukur dia masuk KAT-TUN. Sangat malah. Meski hubungan mereka tidak seakrab seperti Yamapi atau Ryo, tapi Akanishi menikmati kegiatan adu pendapat dengan Koki, berdiskusi mengenai musik dengan Ueda, menganggu Nakamaru sampai dia nervous atau sekedar menyuruh Taguchi diam jika dia sudah mulai mengeluarkan keahlian spesialnya, lame joke. Dan terutama waktu yang dilewatkannya bersama Kamenashi. Akanishi sudah lebih dulu mengenal Kame daripada anggota KAT-TUN yang lain. Namun, meskipun begitu ada hal-hal lain yang juga membuatnya ingin lepas dari KAT-TUN.

Johnny menjanjikan kesempatan yang lebih besar. Kesempatan yang selalu di impikannya. Dan dia adalah Akanishi Jin, orang yang selalu melakukan apa yang ingin dilakukannya tanpa memperdulikan pendapat orang lain. Dan dia sangat tahu dengan pasti apa yang diinginkannya selama ini.

He want take this chance.

Chance to the top of world.

Chance to make the world wide.

Seperti yang telah diungkapkannya dalam lagu GOLD.

Jadi. Akanishi mengambilnya. Tanpa ragu sedikitpun.

“Karena you menerima tawaran ini, maka you harus sadar posisi you sebagai A akan terancam. You sudah pernah meninggalkan KAT-TUN sekali dan mendapat kesempatan untuk kembali, tapi kalau you sekali lagi pergi dan KAT-TUN masih tetap bisa berjalan dengan baik………”

“Ya. Saya mengerti. Saya akan kehilangan tempat dalam KAT-TUN”

“Begini saja. You punya satu kesempatan lagi. Kita tunda keputusannya sampai konser you di LA selesai. Kalau konser you gagal you bisa kembali ke KAT-TUN, berharaplah para fans masih mau memaafkan ke-tidak-hadir-an you untuk yang kedua kalinya”

“Kalau berhasil?”

“You bisa meninggalkan KAT-TUN dan berdiri sendiri sebagai Akanishi Jin, bukan A dari KAT-TUN sesuai keinginan you”

“Terima kasih” sahut Akanishi sembari membungkuk senang, melewatkan reaksi terkejut dan tak percaya dari kelima anggota lainnya.


***___***



A/N:

Akhirnya setelah lama hiatus dari dunia per-fanfic-an. I still shock with the news but I allready saw this will happen since last year, so.... just be happy, ne~. ciao! *wink*


Harry Potter Magical Wand