PROMISE SONG
Title: Promise Song
Disclaimer: If they are mine, I'll make Akanishi work hard with solo and KAT-TUN.....
Pair: Whatever happen AKAME is still love each other
Music: Tipsy Love, Precious One, NEIRO, FARAWAY, Promise Song, You one in the million, I Knew I love You
Genre: Friendship?
A/N: remember to listen promise song when read.....
Chapter 8 No More Pain (part1)
“Pi”
“Hmm?” sahut Yamapi asal tanpa mengalihkan matanya dari layar ponsel
“Pesan dari siapa sih? Serius amat”
“Bukan siapa-siapa” jawab Yamapi kemudian memasukkan ponsel ke dalam saku, memastikan kontak mata dengan Ryo sebagai tanda yang dengan segera di pahami Ryo maksutnya.
“Apa? Kalian sedang merencanakan sesuatu ya?” ulang Akanishi curiga saat menangkap kontak mata Yamapi dan Ryo.
“Bukan urusanmu, Bakanishi” kata Ryo santai sebelum memejamkan mata. Dia benar-benar butuh tidur setelah mengalami kejadian yang cukup melelahkan ini.
“Cuma masalah intern tim. Daripada itu, kenapa tadi kamu memanggilku?”
“Tidak jadi”
“Hah?”
“Tidak jadi” Akanishi kembali memusatkan matanya pada papan boarding
“Jin?!”
“Bukan apa-apa”
“Sudah, jangan bertingkah kayak anak kecil” sela Ryo “Bilang saja kalau minta di antar ke toilet?”
“Bukan!! Aku cuma ingin minta tolong untuk memberikan…..” Akanishi menutup mulutnya dengan kedua tangan menyadari senyum yang terukir di bibir Ryo. Sejak dulu Ryo selalu bisa membuatnya bicara jika dia ragu-ragu “Ryo!!”
“Apa? Aku bukan tukang pos, suruh Pi saja”
“Berikan apa pada siapa?” Yamapi menarik lengan Akanishi agar kembali duduk dan tidak mencekik Ryo yang masih menyeringai, lupa kalau tadi bermaksut untuk tidur.
“Berikan pada Kazu” kata Akanishi akhirnya setelah menghela nafas menyerah, mengulurkan sebuah kunci dan kertas pada Yamapi.
“Apa itu? Surat cinta?” Ryo melongok dari balik bahu Akanishi
“Bukan!”
“Jin, ini kan kunci apartement-mu?!” Yamapi mengamati kunci yang sudah berada di tangannya, dia mengenali bentuknya karena dia sendiri juga punya.
“Memang”
“Kamu memberikan apartement-mu buat Kamenashi? Wow!” komentar Ryo
“Bukan!”
“Boleh ku lihat?” Yamapi mengacuhkan komentar Ryo dan meminta ijin melihat benda yang satunya.
“Tidak apa-apa. Baca saja”
Ryo bergerak ke belakang Yamapi untuk ikut membacanya karena penasaran. Yamapi membuka lipatan keratas dan menemukan tulisan tangan Akanishi.
Kamenashi-kun,
If you alredy forgive me, please keep this key. I give this to you, so it’s yours. And I don’t want to give you back your key too, ‘cauze you already give it to me, so it’s mine. Please, keep it with you.
“Apa?” kata Akanishi menantang saat Ryo menatapnya setelah selesai membaca
“Pi”
“Hmm?” sahut Yamapi asal tanpa mengalihkan matanya dari layar ponsel
“Pesan dari siapa sih? Serius amat”
“Bukan siapa-siapa” jawab Yamapi kemudian memasukkan ponsel ke dalam saku, memastikan kontak mata dengan Ryo sebagai tanda yang dengan segera di pahami Ryo maksutnya.
“Apa? Kalian sedang merencanakan sesuatu ya?” ulang Akanishi curiga saat menangkap kontak mata Yamapi dan Ryo.
“Bukan urusanmu, Bakanishi” kata Ryo santai sebelum memejamkan mata. Dia benar-benar butuh tidur setelah mengalami kejadian yang cukup melelahkan ini.
“Cuma masalah intern tim. Daripada itu, kenapa tadi kamu memanggilku?”
“Tidak jadi”
“Hah?”
“Tidak jadi” Akanishi kembali memusatkan matanya pada papan boarding
“Jin?!”
“Bukan apa-apa”
“Sudah, jangan bertingkah kayak anak kecil” sela Ryo “Bilang saja kalau minta di antar ke toilet?”
“Bukan!! Aku cuma ingin minta tolong untuk memberikan…..” Akanishi menutup mulutnya dengan kedua tangan menyadari senyum yang terukir di bibir Ryo. Sejak dulu Ryo selalu bisa membuatnya bicara jika dia ragu-ragu “Ryo!!”
“Apa? Aku bukan tukang pos, suruh Pi saja”
“Berikan apa pada siapa?” Yamapi menarik lengan Akanishi agar kembali duduk dan tidak mencekik Ryo yang masih menyeringai, lupa kalau tadi bermaksut untuk tidur.
“Berikan pada Kazu” kata Akanishi akhirnya setelah menghela nafas menyerah, mengulurkan sebuah kunci dan kertas pada Yamapi.
“Apa itu? Surat cinta?” Ryo melongok dari balik bahu Akanishi
“Bukan!”
“Jin, ini kan kunci apartement-mu?!” Yamapi mengamati kunci yang sudah berada di tangannya, dia mengenali bentuknya karena dia sendiri juga punya.
“Memang”
“Kamu memberikan apartement-mu buat Kamenashi? Wow!” komentar Ryo
“Bukan!”
“Boleh ku lihat?” Yamapi mengacuhkan komentar Ryo dan meminta ijin melihat benda yang satunya.
“Tidak apa-apa. Baca saja”
Ryo bergerak ke belakang Yamapi untuk ikut membacanya karena penasaran. Yamapi membuka lipatan keratas dan menemukan tulisan tangan Akanishi.
Kamenashi-kun,
If you alredy forgive me, please keep this key. I give this to you, so it’s yours. And I don’t want to give you back your key too, ‘cauze you already give it to me, so it’s mine. Please, keep it with you.
Akanishi
PS: I really hate call you with that name….
“Apa?” kata Akanishi menantang saat Ryo menatapnya setelah selesai membaca
“Aku tahu kamu ter-obsesi dengan bahasa inggris, tapi apa Kamenashi bisa bahasa inggris? Kenapa juga tidak pakai bahasa jepang saja”
“Bisa. Memang pengucapannya kadang masih salah, tapi Kazu bisa. Lagipula itu pelajaran favoritnya di sekolah”
“Uh-huh, berlawanan dengannmu yang selalu cari alasan buat bolos kalau pelajaran bahasa inggris”
“Cerewet”
“Lalu?”
“Apa lagi?”
“Kenapa harus pakai bahasa inggris?”
“Bukan apa-apa” Akanishi memalingkan wajahnya yang mulai berubah warna kemerahan untuk kedua kalinya hari itu.
“Jangan bilang kamu malu menulisnya pake bahasa jepang” tebak Ryo tepat sasaran yang dengan segera tertawa keras “Bakanishi!”
“Shut Up! Ryo!!”
“Baiklah akan kuberikan, tenang saja” kata Yamapi berusaha menahan tawa.
***
“Yamashita bilang mereka ada di sekitar tempat boarding” Ueda mengedarkan pandangan ke segala arah, mencari-cari sosok yang dikenalnya. Tadi dia sempat mengirim pesan kepada Yamapi, mengatakan jika mereka akan menyusul untuk ikut mengantar Akanishi.
“Itu! Di sana” seru Taguchi menunjuk ke sebuah tempat.
Mereka mengikuti arah tangan Taguchi dan menemukan Akanishi duduk di sebuah kursi tampaknya sibuk adu mulut dengan Ryo, sementara Yamapi hanya tertawa melihat kedua temannya.
“Kame” kata Nakamaru yang melihat langkah Kame melambat seperti ragu.
“Ayo ke sana” Koki meraih lengan Kame menariknya berlari ke arah Akanishi. Taguchi segera berlari dibelakang mereka, sementara Nakamaru dan Ueda bertukar pandang sejenak sebelum menyusul ketiga temannya.
***
Yamapi menoleh saat mendengar suara langkah kaki menghampiri mereka, tersenyum dan menepuk bahu Akanishi pelan “Jin, lihat siapa yang datang”
“Hah?!” Akanishi berpaling dan menatap kelima teman band, oke mantan teman band-nya berlari ke arah mereka. Ryo tersenyum saat bertemu pandang dengan Yamapi yang memamerkan giginya.
“Akanishi!!” teriak Koki
“Akanishi!!” Taguchi melambaikan tangan dengan tersenyum
“Akanishi!!” seru Nakamaru
“Kenapa kalian ke sini?” tanya Akanishi masih tidak percaya saat melihat mereka berlima berdiri di depannya “Auch! Itai, Uebo!”
“Sudah sadar” kata Ueda yang memukul kepala Akanishi
“Kamu kan tidak perlu memukulku!” Akanishi mengusap-usap kepalanya yang sakit sembari melotot ke Ueda.
“Dengar ya! Aku cuma mau bilang…..” Ueda berpikir sejenak menelengkan kepalanya berpikir dan akhirnya memutuskan “Tidak ada yang ingin kukatakan sih”
“Hah?!” Akanishi menatap Ueda dengan mulut terbuka
“Aku saja! Aku! Aku!” Taguchi mengangkat tangannya tersenyum lebar dari belakang Ueda.
“Jangan bilang kamu mau minta oleh-oleh” sela Akanishi trauma, setiap kali saat mengantarnya pergi ke LA, selalu itu yang Taguchi katakan.
“Bukan itu.” Taguchi tersenyum dan maju selangkah menggantikan tempat Ueda berdiri. Ueda sudah berpindah berdiri di samping Yamapi dan Ryo, berjajar di belakang Akanishi. “Tenang saja, aku tidak akan minta oleh-oleh lagi. Tapi kalau kamu mau membelikan-ku game DS yang terbaru juga tidak apa-apa, atau……”
“Taguchi!” sela Ueda
“Ya?”
“Sudah, minggir saja sana. Giliranku” lanjut Nakamaru sembari mendorong agar Taguchi berpindah tempat di samping Ueda.
Akanishi memutar matanya, menahan diri untuk tidak menendang Taguchi sebelum memandang Nakamaru yang kini berdiri di depannya.
“Hmm. Akanishi…….” Nakamaru memulai tapi kemudian berhenti “Namaku Nakamaru, bukan Nakamura” berhenti sebentar untuk berpikir “Ya, cuma itu. Koki, gantikan aku” lanjutnya mengulurkan tangan ke belakang yang di sambut Koki kemudian berpindah tempat di samping Taguchi.
“Hah?!” seru Akanishi binggung “Ingatanku tidak separah itu”
“Cuma untuk meyakinkan saja” jawab Nakamaru santai
“Dia masih dendam waktu kamu bilang ‘nantoka maru’ di majalah dulu” jelas Koki “Juga karena kamu masih sering salah nama kadang-kadang”
“Salah sendiri namanya aneh”
“Dia sih bukan namanya saja yang aneh, wajahnya juga”
“Benar, bilang padanya jangan pakai wig terus”
“Sudah berkali-kali ku bilang tapi dia nekat” sahut Koki mengacuhkan protes Nakamaru yang berkata kalau rambutnya asli.
“Juga hidungnya itu” Akanishi menghela nafas sembari melipat kedua tangan di depan dada pura-pura berpikir
“Benar-benar” Koki mengikuti gerakan Akanishi
“OI!!” seru Nakamaru sebal dengan tingkah kedua temannya
“Giliranmu Kame” kata Koki tiba-tiba, menepuk bahu Kame sembari menghampiri Nakamaru yang masih protes.
“Eh?” Akanishi menelan ludah saat Kame perlahan berjalan ke arahnya.
Nakamaru langsung diam saat Kame berdiri di hadapan Akanishi.
***
A/N:
I always want to do this!!!! yeah, cut in the most interisting part *smirk* see you next week, ciao~ *satisvied*
A/N:
I always want to do this!!!! yeah, cut in the most interisting part *smirk* see you next week, ciao~ *satisvied*
3 komentar:
Xixixix
KAT-TUN emang lucu, mereka kompak banget buat ngebesarin hatinya kame..
Saluuuuut..
XDXD
Pi n Ryo jg *pengertian banget ma temen mereka yg bakanishi*
XDXD
emang klo gak bikin ribut bukan kat-tun ya... *inget ctkt* yup, dah pasti kat-tun tuh emang identik ma yg gak jelas *d hajar*
q suka ma friendship mereka bertiga soalnya, jadi tiap kali buat fic mereka wajib hadir buat nemenin bakanishi *smile*
Xixixi..
Iya, image na dh melekat kuat bgt...
XD
Posting Komentar