PROMISE SONG
Title: Promise Song
Disclaimer: If they are mine, I'll make Akanishi work hard with solo and KAT-TUN.....
Pair: Whatever happen AKAME is still love each other
Genre: Friendship?
Music: Tipsy Love, Precious One, NEIRO, FARAWAY, Promise Song, You one in the million, I Knew I love You
A/N:
Yeah, listen promise song when read....
Chapter 7 Neiro
Yamapi memperhatikan Akanishi yang tampaknya sibuk mencari sesuatu di lemari. Ryo sudah berdecak tak sabar di sampingnya. Benda-benda dari dalam loker milik Akansihi tergeletak begitu saja di atas meja setelah di acak-acak oleh Akanishi di dalam mobil dalam perjalanan ke apartementnya tadi. Tampaknya benda yang dicari tidak ada di situ, meski tadi Akanishi sempat berseru gembira saat menemukan mini player-nya. Ketika akhirnya Akanishi menemukan apa yang di carinya, Yamapi dan Ryo bertukar pandang heran.
“Ngapain kamu bawa tas?” kata Ryo curiga. Seingatnya yang namanya Akanishi paling malas membawa barang.
Akanishi berguman tak jelas mengambil mini player yang tadi disisihkannya dan memasukkannya ke dalam tas kemudian sibuk mengikatkan tas di pinggangnya, menghindari menatap mata kedua temannya.
“Sejak kapan kamu bawa-bawa mini player? Biasanya I-pod. Katamu lebih praktis” Yamapi ganti bertanya memperhatikan tingkah Akanishi dengan cemas, jangan-jangan waktu di LA kepalanya terbentur mike saat konser.
Ryo yang campuran antara kesal karena tidak mendapat jawaban yang jelas dan juga penasaran isi tas Akanishi yang pastinya adalah benda yang sejak tadi dicari-carinya menarik tas dari tangan Akanishi. Yamapi yang juga ingin tahu membantu Ryo dengan menahan Akanishi agar Ryo mempunyai kesempatan untuk memeriksa tas misterius itu.
“OI!!! RYO!! PI!!!” seru Akanishi
Ryo menyeringai dan menarik keluar sebuah, bukan, empat buah benda dari dalam tas, membuat Yamapi terkejut sehingga melepaskan Akanishi yang dengan segera menyambar benda itu dan memasukkannya kembali ke dalam tas dengan wajah memerah.
“Bakanishi tetap saja Bakanishi” kata Ryo tersenyum licik
“Cerewet!”
“Uh-huh? Aku ingin tahu apa kamu membelinya sendiri. Biar kutebak, pasti kamu memesannya lewat internet dengan nama samaran”
“Shut Up!! Ryo!!!”
Yamapi sudah tidak mendengarkan lagi pertengkaran Akanishi dan Ryo. Meski hanya sesaat, tapi Yamapi tahu dengan persis apa yang dilihatnya, 4 buah CD KAT-TUN, Lebih tepatnya 2 single dan 2 album milik KAT-TUN.
Yamapi tahu Akanishi termasuk tipe orang yang tidak akan membeli CD albumnya sendiri, terbukti dia tidak memiliki album LANDS dan marah serta meneriaki adik Shirota Yuu yang memutar lagu KAT-TUN saat mereka main ke rumahnya, membuat-nya harus membayar 2 kali lipat saat membeli necklace baru dari kakak Shirota. Namun, Yamapi juga tahu bahwa dalam CD yang tadi dilihatnya ada kemungkinan Akanishi akan membelinya, karena tidak ada Akanishi di dalamnya, karena hanya ada 5 orang dalam covernya meski bertuliskan KAT-TUN.
Bokura no Machi de.
Cartoon KAT-TUN II YOU
Going!
No More Pain.
Akanishi tidak ikut mengambil bagian di dalamnya.
“Harusnya aku tahu” kata Yamapi pelan, tersenyum
Akanishi, meski terlihat tidak peduli pada KAT-TUN namun ke mana pun dia pergi, KAT-TUN akan selalu bersamanya. KAT-TUN-lah yang membuat-nya kembali dari masa hiatus-nya. KAT-TUN juga-lah tempat di mana Akanishi selalu bisa kembali setelah lelah mencoba berbagai hal baru. KAT-TUN merupakan rumah-nya yang ketiga.
KAT-TUN
Atau mungkin lebih spesifik lagi jika dikatakan K.
“Tat-chan”
Ueda, Nakamaru dan Taguchi menoleh bersamaan, Kame berdiri di depan mereka dengan sebuah senyuman terukir di wajah. Bukan senyum yang selalu diperlihatkannya akhir-akhir ini, namun senyuman yang sebenarnya, yang berasal dari dalam hatinya.
“Ya?” sahut Ueda
“Aku ingin bertemu dengannya, untuk yang terakhir kali”
“Kame” kata Nakamaru pelan sebelum tersenyum mengangguk
“Bukan benar-benar terakhir sih, tapi aku ingin mengatakan apa yang kurasakan padanya. Aku ingin dia tahu kalau aku, kalau kita mendukungnya. Meski harus berpisah, tapi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku ingin dia tahu kalau…” Kame berhenti sejenak sebelum melanjutkan “Kalau aku tidak apa-apa”
“Ayo. Kita akan memberitahunya bahwa tidak akan ada yang berubah. Meskipun kita berpisah jalan, tapi impian kita masih tetap sama. Meski sekarang kita hanya berlima, tapi bagi kita KAT-TUN tetaplah KAT-TUN” Taguchi tersenyum mengulurkan tangannya.
“Benar. Meskipun Akanishi keluar, tapi tempatnya dalam KAT-TUN tidak akan pernah bisa tergantikan, sampai kapanpun huruf A akan tetap menjadi miliknya. Sejak dulu kalian berdua selalu bersama, meski kamu sendirian, tapi kami masih bisa merasakan keberadaannya dalam dirimu, Kame. Sama seperti huruf A yang menjadi satu dengan huruf K” lanjut Nakamaru
“Dia tidak sendirian Nakamaru. Masih ada kita. Dan tentu saja huruf A akan tetap menjadi miliknya, karena itulah kita tidak butuh anggota baru. Seperti kata Taguchi, meski kita tinggal berlima, tapi tetap ada 6 huruf dalam KAT-TUN” Ueda menepuk bahu Kame pelan.
“Biasanya, di saat begini Akanishi akan mengatakan, lain halnya dengan huruf T, berkurang satupun tidak akan menjadi masalah, karena cara bacanya akan tetap sama” kata Nakamaru tertawa yang disambut protes Taguchi.
“Ngomong-ngomong tentang huruf T, mana huruf T kita yang satu lagi?” tanya Ueda sembari melihat sekelilingnya.
“Aku tidak bisa menemukannya dimanapun, dari tadi kucoba telfon juga tidak di jawab” sahut Nakamaru
“Sudahlah, tinggalkan pesan saja biar dia menyusul nanti. Kalau kita benar-benar ingin bertemu Akanishi kita harus pergi sekarang”
Mereka menyetujui keputusan Ueda, bersama mereka berlari keluar dari gedung dengan semangat. Setidaknya, sampai mereka tiba di tempat parkir dan menyadari jika hari ini tidak ada satupun dari mereka yang membawa kendaraan.
“Tidak akan keburu kalau kita naik kereta” keluh Nakamaru menge-cek jam tangannya ketika tiba-tiba sebuah mobil berhenti di samping mereka.
“Ayo cepat naik” wajah Koki muncul dari dalam mobil.
“Koki!” Ueda bersyukur.
“Kamu hebat Koki” seru Taguchi tersenyum senang dan segera masuk ke dalam mobil di susul Nakamaru dan Ueda.
“Ayo Kame” Koki teringat ‘percakapan kecil’-nya dengan Akanishi beberapa hari lalu yang membuatnya sadar, meski terlihat bertolak belakang, pada dasarnya sifat Akanishi dan Kamenashi sama. Mereka rela melukai diri sendiri asalkan dapat membuat orang yang sangat berharga baginya tersenyum senang.
Kame mengangguk mantap dan tersenyum sebelum melangkah masuk ke dalam mobil.
Yamapi memperhatikan Akanishi yang tampaknya sibuk mencari sesuatu di lemari. Ryo sudah berdecak tak sabar di sampingnya. Benda-benda dari dalam loker milik Akansihi tergeletak begitu saja di atas meja setelah di acak-acak oleh Akanishi di dalam mobil dalam perjalanan ke apartementnya tadi. Tampaknya benda yang dicari tidak ada di situ, meski tadi Akanishi sempat berseru gembira saat menemukan mini player-nya. Ketika akhirnya Akanishi menemukan apa yang di carinya, Yamapi dan Ryo bertukar pandang heran.
“Ngapain kamu bawa tas?” kata Ryo curiga. Seingatnya yang namanya Akanishi paling malas membawa barang.
Akanishi berguman tak jelas mengambil mini player yang tadi disisihkannya dan memasukkannya ke dalam tas kemudian sibuk mengikatkan tas di pinggangnya, menghindari menatap mata kedua temannya.
“Sejak kapan kamu bawa-bawa mini player? Biasanya I-pod. Katamu lebih praktis” Yamapi ganti bertanya memperhatikan tingkah Akanishi dengan cemas, jangan-jangan waktu di LA kepalanya terbentur mike saat konser.
Ryo yang campuran antara kesal karena tidak mendapat jawaban yang jelas dan juga penasaran isi tas Akanishi yang pastinya adalah benda yang sejak tadi dicari-carinya menarik tas dari tangan Akanishi. Yamapi yang juga ingin tahu membantu Ryo dengan menahan Akanishi agar Ryo mempunyai kesempatan untuk memeriksa tas misterius itu.
“OI!!! RYO!! PI!!!” seru Akanishi
Ryo menyeringai dan menarik keluar sebuah, bukan, empat buah benda dari dalam tas, membuat Yamapi terkejut sehingga melepaskan Akanishi yang dengan segera menyambar benda itu dan memasukkannya kembali ke dalam tas dengan wajah memerah.
“Bakanishi tetap saja Bakanishi” kata Ryo tersenyum licik
“Cerewet!”
“Uh-huh? Aku ingin tahu apa kamu membelinya sendiri. Biar kutebak, pasti kamu memesannya lewat internet dengan nama samaran”
“Shut Up!! Ryo!!!”
Yamapi sudah tidak mendengarkan lagi pertengkaran Akanishi dan Ryo. Meski hanya sesaat, tapi Yamapi tahu dengan persis apa yang dilihatnya, 4 buah CD KAT-TUN, Lebih tepatnya 2 single dan 2 album milik KAT-TUN.
Yamapi tahu Akanishi termasuk tipe orang yang tidak akan membeli CD albumnya sendiri, terbukti dia tidak memiliki album LANDS dan marah serta meneriaki adik Shirota Yuu yang memutar lagu KAT-TUN saat mereka main ke rumahnya, membuat-nya harus membayar 2 kali lipat saat membeli necklace baru dari kakak Shirota. Namun, Yamapi juga tahu bahwa dalam CD yang tadi dilihatnya ada kemungkinan Akanishi akan membelinya, karena tidak ada Akanishi di dalamnya, karena hanya ada 5 orang dalam covernya meski bertuliskan KAT-TUN.
Bokura no Machi de.
Cartoon KAT-TUN II YOU
Going!
No More Pain.
Akanishi tidak ikut mengambil bagian di dalamnya.
“Harusnya aku tahu” kata Yamapi pelan, tersenyum
Akanishi, meski terlihat tidak peduli pada KAT-TUN namun ke mana pun dia pergi, KAT-TUN akan selalu bersamanya. KAT-TUN-lah yang membuat-nya kembali dari masa hiatus-nya. KAT-TUN juga-lah tempat di mana Akanishi selalu bisa kembali setelah lelah mencoba berbagai hal baru. KAT-TUN merupakan rumah-nya yang ketiga.
KAT-TUN
Atau mungkin lebih spesifik lagi jika dikatakan K.
***
“Tat-chan”
Ueda, Nakamaru dan Taguchi menoleh bersamaan, Kame berdiri di depan mereka dengan sebuah senyuman terukir di wajah. Bukan senyum yang selalu diperlihatkannya akhir-akhir ini, namun senyuman yang sebenarnya, yang berasal dari dalam hatinya.
“Ya?” sahut Ueda
“Aku ingin bertemu dengannya, untuk yang terakhir kali”
“Kame” kata Nakamaru pelan sebelum tersenyum mengangguk
“Bukan benar-benar terakhir sih, tapi aku ingin mengatakan apa yang kurasakan padanya. Aku ingin dia tahu kalau aku, kalau kita mendukungnya. Meski harus berpisah, tapi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku ingin dia tahu kalau…” Kame berhenti sejenak sebelum melanjutkan “Kalau aku tidak apa-apa”
“Ayo. Kita akan memberitahunya bahwa tidak akan ada yang berubah. Meskipun kita berpisah jalan, tapi impian kita masih tetap sama. Meski sekarang kita hanya berlima, tapi bagi kita KAT-TUN tetaplah KAT-TUN” Taguchi tersenyum mengulurkan tangannya.
“Benar. Meskipun Akanishi keluar, tapi tempatnya dalam KAT-TUN tidak akan pernah bisa tergantikan, sampai kapanpun huruf A akan tetap menjadi miliknya. Sejak dulu kalian berdua selalu bersama, meski kamu sendirian, tapi kami masih bisa merasakan keberadaannya dalam dirimu, Kame. Sama seperti huruf A yang menjadi satu dengan huruf K” lanjut Nakamaru
“Dia tidak sendirian Nakamaru. Masih ada kita. Dan tentu saja huruf A akan tetap menjadi miliknya, karena itulah kita tidak butuh anggota baru. Seperti kata Taguchi, meski kita tinggal berlima, tapi tetap ada 6 huruf dalam KAT-TUN” Ueda menepuk bahu Kame pelan.
“Biasanya, di saat begini Akanishi akan mengatakan, lain halnya dengan huruf T, berkurang satupun tidak akan menjadi masalah, karena cara bacanya akan tetap sama” kata Nakamaru tertawa yang disambut protes Taguchi.
“Ngomong-ngomong tentang huruf T, mana huruf T kita yang satu lagi?” tanya Ueda sembari melihat sekelilingnya.
“Aku tidak bisa menemukannya dimanapun, dari tadi kucoba telfon juga tidak di jawab” sahut Nakamaru
“Sudahlah, tinggalkan pesan saja biar dia menyusul nanti. Kalau kita benar-benar ingin bertemu Akanishi kita harus pergi sekarang”
Mereka menyetujui keputusan Ueda, bersama mereka berlari keluar dari gedung dengan semangat. Setidaknya, sampai mereka tiba di tempat parkir dan menyadari jika hari ini tidak ada satupun dari mereka yang membawa kendaraan.
“Tidak akan keburu kalau kita naik kereta” keluh Nakamaru menge-cek jam tangannya ketika tiba-tiba sebuah mobil berhenti di samping mereka.
“Ayo cepat naik” wajah Koki muncul dari dalam mobil.
“Koki!” Ueda bersyukur.
“Kamu hebat Koki” seru Taguchi tersenyum senang dan segera masuk ke dalam mobil di susul Nakamaru dan Ueda.
“Ayo Kame” Koki teringat ‘percakapan kecil’-nya dengan Akanishi beberapa hari lalu yang membuatnya sadar, meski terlihat bertolak belakang, pada dasarnya sifat Akanishi dan Kamenashi sama. Mereka rela melukai diri sendiri asalkan dapat membuat orang yang sangat berharga baginya tersenyum senang.
Kame mengangguk mantap dan tersenyum sebelum melangkah masuk ke dalam mobil.
***___***
A/N:
hampir klimaks, yiey!!!!! rasanya lama sekali, dah males nulisnya...... kemana perginya Masa n tenimyu-ku!!!! perasaan dulu lebih suka nulis tenipuri or tenimyu, napa jadi nyasar ke akame seh? I miss write Fuji, Niou or Masa..... *sigh*
2 komentar:
Kyaaaaaa
*pengsan*
Kame so sweet banget pas bilang "aku tidak apa2*
pasti sambil ngebayangin tampang imut kame *senyum2 gak jelas*
Posting Komentar