PROMISE SONG
Title: Promise Song
Disclaimer: If they are mine, I'll make Akanishi work hard with solo and KAT-TUN.....
Pair: Whatever happen AKAME is still love each other
Genre: Friendship?
Music: Tipsy Love, Precious One, NEIRO, FARAWAY, Promise Song, You one in the million, I Knew I love You
A/N:
Please listen Promise Song when you read......
Chapter 3 Heartbreak Club
“KAT-TUN” guman Yamapi membuat Ryo menoleh menatapnya heran “Dari semua grup JE, kupikir hal seperti ini tidak akan pernah terjadi pada mereka. Maksutku, ayolah, kata KAT-TUN dan ‘member-ai’ tidak akan pernah muncul dalam satu kalimat. Mereka hanya akan menertawakannya”
“Lalu?”
“Tadinya ku pikir kepergian Jin dari KAT-TUN tidak akan jadi se-dramatis ini. Mereka individual, egois, keras kepala, tidak cocok satu sama lain” Yamapi terdiam
“Selama ini, aku hanya pernah berada di posisi yang ditinggalkan” guman Ryo teringat kejadian berkurangnya anggota Kanjani8 dan juga NewS.
“Aku juga” guman Yamapi tapi kemudian menambahkan “Ah, tidak juga sih, aku keluar dari 4STOP, kalau itu masuk hitungan”
“Kurasa, semua grup JE tidak ada yang tidak mengalami perubahan”
“Ya. Dibandingkan yang lain, mereka pantas berbangga diri. Dengan anggota yang seperti itu mereka bisa bertahan selama hampir 10 tahun”
“Ah, tapi Tokio dan SMAP tidak ada masalah kan?”
“Jangan lupa Arashi”
“Ya. Mereka juga” kata Ryo menyetujui
“Kenapa mereka bisa bertahan ya?” Yamapi memandang langit-langit kamarnya sembari menerawang, teringat telfon yang barusan diterimanya. Belum pernah Yamapi mendengar Akanishi menangis sampai seperti itu.
“Mungkin karena mereka professional?!” Ryo menyeringai saat Yamapi memandangnya tak paham “Mereka bekerja dengan ini” katanya menunjuk pelipis “Bukan dengan ini” lanjutnya sembari menurunkan telunjuknya ke dada.
“Kurasa mereka mengenal ‘member-ai’ juga” sahut Yamapi tertawa “Mungkin kita harus minta nasehat para senpai”
“Kalau begitu, antara ini, ini, ini dan ini sejalan” Ryo bergantian menunjuk dada, pelipis dan wajah kemudian menggerak-gerakkan tangannya.
Yamapi kembali tertawa.
Selama ini Akanishi selalu menceritakan semua masalahnya kepada mereka berdua. Terutama Yamapi. Ryo berusaha menjadi teman yang baik, tapi keadaan memaksanya untuk sering kali pulang-pergi Tokyo-Osaka, membuat–nya melewatkan beberapa hal yang terjadi pada Akanishi. Yamapi-lah satu-satunya orang yang mengetahui semua rahasia Akanishi yang tidak pernah dikatakannya pada orang lain.
Mendengar keluhan, luapan marah, cerita, tempat curhat atau menangani sifat merepotkan Akanishi yang kadang muncul jika terlalu banyak minum saat clubbing masih bukan apa-apa dibandingkan dengan mendengar Akanishi menangis putus asa dalam telfon. Jika Ryo tidak mengenggam tangannya dan menatapnya dalam diam, menyuruhnya untuk tegar, Yamapi sudah akan menangis bersama Akanishi.
‘Ryo’ hanya itu yang sempat diucapkannya setelah berusaha menenangkan Akanishi dan berjanji akan menjemput serta membantu sebelum akhirnya dia sendiri menangis keras dalam pelukan Ryo.
Ryo mengucap syukur dalam hati karena memutuskan untuk pulang ke Tokyo dan menginap di tempat Yamapi. Jika tidak, Ryo akan menyesal seumur hidup. Selama ini dia tidak bisa berbuat banyak untuk Akanishi, Yamapi-lah yang selalu berada di sampingnya. Hanya ini yang bisa Ryo lakukan sekarang, menopang Yamapi saat dia lelah agar tetap mampu menopang Akanishi. Perlu waktu satu jam bagi Ryo untuk meredakan tangis Yamapi.
“Adakah yang bisa kita lakukan?” Yamapi menghela nafas
Ryo hanya diam.
“Akanishi berangkat ke LA malam ini, jam 11” kata Ueda sembari menge-cek jam tangannya.
“Ayo ke sana” untuk pertama kalinya Taguchi membuka suara “Aku ingin mengantarnya. Setidaknya, aku ingin Akanishi tahu jika…jika kita…”
“Aku paham maksutmu” Nakamaru menepuk bahu Taguchi “Kurasa dia yang paling merasa sedih saat ini. Kita berlima, sedang dia….”
“Bertiga dengan Yamashita dan Nishikido” Ueda menyelesaikan kalimat Nakamaru dan memberi tanda ke arah Kame yang sejak tadi hanya diam saja.
“Aku cari angin sebentar” guman Koki tak jelas segera beranjak keluar.
Selama ini selalu Ueda dan Koki yang berdiri membela Kame, sementara Nakamaru berusaha mencari solusi jalan tengah yang tidak merugikan siapapun. Akanishi selalu berusaha berdiri di luar garis dan tidak ingin ikut campur. Taguchi lebih memilih untuk diam dan memperhatikan.
Meski bersikap seolah tak peduli, Akanishi-lah yang paling peduli dengan Kame. Meski selalu berusaha membuat jarak dan terlihat bosan saat bersama KAT-TUN, tapi sebenarnya Akanishi hanya merasa canggung dan tidak tahu harus bersikap seperti apa, terlebih lagi jika mereka di hadapkan pada kamera. Pada dasarnya Akanishi bukanlah anak yang mudah menyesuaikan diri, dia merasa aman di lingkungan yang dikenalnya seperti Yamapi atau Ryo, meski terlihat ramai, tak peduli dan sebagainya, namun sebenarnya dia merasa tidak nyaman dengan lingkungan yang asing. Sebelumnya, KAT-TUN merupakan lingkungan yang familiar bagi Akanishi, tapi setelah masa hiatus-nya dari LA, mungkin Akanishi menyadari perbedaan gap yang timbul selama masa absent-nya. Banyak hal yang dilewatkan dan membuatnya merasa berada di lingkungan baru yang sama sekali asing.
Taguchi menyadari itu.
Taguchi juga menyadari bahwa Akanishi sudah mulai bersikap seolah KAT-TUN merupakan lingkungan asing selama beberapa hari sebelum keinginannya untuk hiatus. Lebih tepatnya, KAT-TUN berubah dari sesuatu yang ‘familiar’ menjadi sesuatu lain yang menyebabkan Akanishi menganggapnya sebagai ‘asing’.
Terutama terhadap Kamenashi.
Satu hal tentang Akanishi yang tidak di pahami oleh Taguchi.
“Lalu?”
“Tadinya ku pikir kepergian Jin dari KAT-TUN tidak akan jadi se-dramatis ini. Mereka individual, egois, keras kepala, tidak cocok satu sama lain” Yamapi terdiam
“Selama ini, aku hanya pernah berada di posisi yang ditinggalkan” guman Ryo teringat kejadian berkurangnya anggota Kanjani8 dan juga NewS.
“Aku juga” guman Yamapi tapi kemudian menambahkan “Ah, tidak juga sih, aku keluar dari 4STOP, kalau itu masuk hitungan”
“Kurasa, semua grup JE tidak ada yang tidak mengalami perubahan”
“Ya. Dibandingkan yang lain, mereka pantas berbangga diri. Dengan anggota yang seperti itu mereka bisa bertahan selama hampir 10 tahun”
“Ah, tapi Tokio dan SMAP tidak ada masalah kan?”
“Jangan lupa Arashi”
“Ya. Mereka juga” kata Ryo menyetujui
“Kenapa mereka bisa bertahan ya?” Yamapi memandang langit-langit kamarnya sembari menerawang, teringat telfon yang barusan diterimanya. Belum pernah Yamapi mendengar Akanishi menangis sampai seperti itu.
“Mungkin karena mereka professional?!” Ryo menyeringai saat Yamapi memandangnya tak paham “Mereka bekerja dengan ini” katanya menunjuk pelipis “Bukan dengan ini” lanjutnya sembari menurunkan telunjuknya ke dada.
“Kurasa mereka mengenal ‘member-ai’ juga” sahut Yamapi tertawa “Mungkin kita harus minta nasehat para senpai”
“Kalau begitu, antara ini, ini, ini dan ini sejalan” Ryo bergantian menunjuk dada, pelipis dan wajah kemudian menggerak-gerakkan tangannya.
Yamapi kembali tertawa.
Selama ini Akanishi selalu menceritakan semua masalahnya kepada mereka berdua. Terutama Yamapi. Ryo berusaha menjadi teman yang baik, tapi keadaan memaksanya untuk sering kali pulang-pergi Tokyo-Osaka, membuat–nya melewatkan beberapa hal yang terjadi pada Akanishi. Yamapi-lah satu-satunya orang yang mengetahui semua rahasia Akanishi yang tidak pernah dikatakannya pada orang lain.
Mendengar keluhan, luapan marah, cerita, tempat curhat atau menangani sifat merepotkan Akanishi yang kadang muncul jika terlalu banyak minum saat clubbing masih bukan apa-apa dibandingkan dengan mendengar Akanishi menangis putus asa dalam telfon. Jika Ryo tidak mengenggam tangannya dan menatapnya dalam diam, menyuruhnya untuk tegar, Yamapi sudah akan menangis bersama Akanishi.
‘Ryo’ hanya itu yang sempat diucapkannya setelah berusaha menenangkan Akanishi dan berjanji akan menjemput serta membantu sebelum akhirnya dia sendiri menangis keras dalam pelukan Ryo.
Ryo mengucap syukur dalam hati karena memutuskan untuk pulang ke Tokyo dan menginap di tempat Yamapi. Jika tidak, Ryo akan menyesal seumur hidup. Selama ini dia tidak bisa berbuat banyak untuk Akanishi, Yamapi-lah yang selalu berada di sampingnya. Hanya ini yang bisa Ryo lakukan sekarang, menopang Yamapi saat dia lelah agar tetap mampu menopang Akanishi. Perlu waktu satu jam bagi Ryo untuk meredakan tangis Yamapi.
“Adakah yang bisa kita lakukan?” Yamapi menghela nafas
Ryo hanya diam.
***
“Akanishi berangkat ke LA malam ini, jam 11” kata Ueda sembari menge-cek jam tangannya.
“Ayo ke sana” untuk pertama kalinya Taguchi membuka suara “Aku ingin mengantarnya. Setidaknya, aku ingin Akanishi tahu jika…jika kita…”
“Aku paham maksutmu” Nakamaru menepuk bahu Taguchi “Kurasa dia yang paling merasa sedih saat ini. Kita berlima, sedang dia….”
“Bertiga dengan Yamashita dan Nishikido” Ueda menyelesaikan kalimat Nakamaru dan memberi tanda ke arah Kame yang sejak tadi hanya diam saja.
“Aku cari angin sebentar” guman Koki tak jelas segera beranjak keluar.
Selama ini selalu Ueda dan Koki yang berdiri membela Kame, sementara Nakamaru berusaha mencari solusi jalan tengah yang tidak merugikan siapapun. Akanishi selalu berusaha berdiri di luar garis dan tidak ingin ikut campur. Taguchi lebih memilih untuk diam dan memperhatikan.
Meski bersikap seolah tak peduli, Akanishi-lah yang paling peduli dengan Kame. Meski selalu berusaha membuat jarak dan terlihat bosan saat bersama KAT-TUN, tapi sebenarnya Akanishi hanya merasa canggung dan tidak tahu harus bersikap seperti apa, terlebih lagi jika mereka di hadapkan pada kamera. Pada dasarnya Akanishi bukanlah anak yang mudah menyesuaikan diri, dia merasa aman di lingkungan yang dikenalnya seperti Yamapi atau Ryo, meski terlihat ramai, tak peduli dan sebagainya, namun sebenarnya dia merasa tidak nyaman dengan lingkungan yang asing. Sebelumnya, KAT-TUN merupakan lingkungan yang familiar bagi Akanishi, tapi setelah masa hiatus-nya dari LA, mungkin Akanishi menyadari perbedaan gap yang timbul selama masa absent-nya. Banyak hal yang dilewatkan dan membuatnya merasa berada di lingkungan baru yang sama sekali asing.
Taguchi menyadari itu.
Taguchi juga menyadari bahwa Akanishi sudah mulai bersikap seolah KAT-TUN merupakan lingkungan asing selama beberapa hari sebelum keinginannya untuk hiatus. Lebih tepatnya, KAT-TUN berubah dari sesuatu yang ‘familiar’ menjadi sesuatu lain yang menyebabkan Akanishi menganggapnya sebagai ‘asing’.
Terutama terhadap Kamenashi.
Satu hal tentang Akanishi yang tidak di pahami oleh Taguchi.
***___***
A/N:
Short update! I know, I am sorry. Wait the next chapter ne~ *wing*
4 komentar:
tensai sama, bakachunk desu..
makasih uda share fic-nya. rencanana mau aku tg di facebook. kira2 tensai sama keberatan ga?
soalnya ini fic menurutku penuh momentum banget....
yoroshiku onegaishimasu!!
boleh ja. kasih credit author ya...
benarkah? q ikut seneng klo ada yang suka baca fic2 q, baca terus ya.... (^-^)
yoroshikunee~
fic ini bener2 so sweeet bgt..
bener2 gak bisa ngebayangin seandainya beneran kek gitu kenyataannya..
T_T
eh??
beneran boleh di tag di fb tensai sama??
aku juga mau doong *ya, tentu dg credit*
hehehehe
sankyuu...
sengaja, tiap kali bikin fic q emang brusaha biar mendekati kenyataan... biar kayaknya beneran gitu, hehehe...
boleh2. tag aja, bebas kok (^_~)
Posting Komentar