Suara Sanada menggelegar memenuhi ruang ganti klub tennis SMP Rikkai. Seluruh anggota klub serentak terdiam dan memandang Sanada yang berdiri di depan Kirihara sembari mengacungkan selembar kertas di depan hidung ace kelas dua itu.
Kirihara hanya diam menunduk tidak berani menatap wajah fukubuchou-nya dan hanya mengerutu dalam hati. Sementara itu anggota reguler Rikkai hanya bisa bersimpati pada nasib sial Kirihara.
“apa ini ?” tanya Sanada dengan nada yang bisa membuat anak kecil menangis langsung terdiam seketika.
“hasil tes bahasa Inggris” jawab Kirihara masih menunduk
“tes bahasa Inggris ?”
“dilihat juga ketahuan kan”
“AKAYA !!!”
“memangnya kenapa Genichiro ?” sela Yanagi mengambil inisiatif menengahi, jika Sanada sudah marah hanya ada satu orang yang bisa menenangkannya, dan orang itu sedang tidak ada di sini sekarang.
“kenapa katamu ?” ulang Sanada “lihat ini !”
Yanagi menerima kertas ulangan milik Kirihara dari Sanada dan melihat angka 46 dengan tinta merah menghiasi bagian kanan atasnya.
“46” guman Yanagi “apa kemampuan bahasa Inggrismu separah ini Akaya ?”
“senpai kan tahu sendiri, sejak dulu aku tidak bisa bahasa Inggris. Itu satu-satunya mata pelajaran yang tidak kusukai”
“TARUNDORU !!!” seru Sanada lagi “kalau tahu seperti itu seharusnya kau belajar lebih baik lagi”
“tidak semudah itu fukubuchou”
“AKAYA !!!”
“tenang dulu Genihichiro” sela Yanagi lagi “memangnya ada masalah apa, bukankah selama ini meskipun Akaya mendapat nilai jelek dalam bahasa Inggris kau tidak pernah ambil pusing”
Sanada menatap Yanagi tidak percaya sebelum akhirnya menjawab dengan nada yang lebih tenang.
“kau lupa, kemarin kepala sekolah mengatakan, bagi anak yang mendapat nilai merah tidak diijinkan mengikuti kejuaraan nasional”
“ah, benar juga. Tapi kurasa masih ada kesempatan untuk memperbaiki hasil tes kan, masih ada tes ulang bagi anak yang mendapat nilai merah”
“benar, jika Kirihara-kun berhasil memperbaiki nilainya maka tidak akan ada masalah” sahut Yagyuu
“kapan tes ulangnya ?” tanya Jackal
“besok” jawab Kirihara acuh
“kau sudah belajar Kirihara-kun ?” tanya Yagyuu
Kirihara hanya menggelengkan kepala acuh membuat Sanada kembali berteriak dan semua anggota klub memilih untuk segera meninggalkan ruangan itu. Hanya anggota reguler yang masih tetap berada di tempatnya.
“TARUNDORU !!! Apa mau-mu, kenapa kau tidak belajar !?”
“percuma, aku belajar juga tidak merubah banyak”
“AKAYA !!!”
Kali ini tidak ada seorang-pun yang mencoba menenangkan Sanada, semuanya hanya diam menunggu kemarahan Sanada meledak, hanya Niou yang masih bisa tersenyum menikmati suasana saat itu.
Saat semua merasa tidak ada harapan untuk menyelamatkan Kirihara, tiba-tiba pintu ruangan terbuka, dari luar muncul seorang pemuda berambut biru dengan headbeat berwarna kuning menatap mereka semua dengan heran.
“ada apa ini ?” tanyanya “Sanada, kenapa kau teriak-teriak ? suaramu terdengar sampai luar dan membuat semua anggota klub kita ketakutan”
“Seiichi” Yanagi menyerahkan kertas ulangan milik Kirihara yang menjadi sumber kemarahan Sanada pada Yukimura.
“oh....lalu kau pasti tidak mau belajar untuk memperbaiki ini sehingga Sanada marah” kata Yukimura pada Kirihara yang menyeringai tanpa rasa bersalah.
“baiklah, begini saja. Hari ini latihan diliburkan, kita bantu Akaya belajar untuk tesnya besok pagi”
“APA !!!” seru Sanada dan Kirihara bersamaan
“kalian tidak setuju ?” Yukimura tersenyum pada mereka
“eh, bu-bukan begitu. Baiklah kalau kau ingin begitu” kata Sanada
“itulah kenapa aku lebih suka pada bucho” kata Kirihara riang membuat Sanada mengerutkan keningnya.
“Yanagi, Yagyuu, Jackal, tolong kalian bantu Akaya ya” pinta Yukimura tersenyum ramah.
“baiklah” jawab mereka bertiga bersamaan.
Setelah itu dimulailah les khusus Kirihara dengan 3 orang guru. Mereka mengubah sebagian ruang klub menjadi tempat belajar. Sementara Kirihara harus belajar dibawah bimbingan 3 orang senpai-nya dan tentu saja dengan diawasi Sanada yang selalu memperingatkan jika melihat mereka terlalu santai, di sisi lain, Niou dan Marui asyik bermain kartu tanpa peduli perjuangan Kirihara. Yukimura duduk di belakang mejanya, mengurus masalah klub yang selama ini dipercayakan pada Sanada karena Ia berada di rumah sakit.
“aku menyerah” seru Jackal “maaf Sanada, tapi aku tidak tahu lagi bagaimana caranya membuat Akaya mengerti. Biar Yanagi dan Yagyuu saja yang mengajarinya”
Sanada memberi dispensasi setelah melihat usaha sia-sia Jackal menerangkan grammar pada Kirihara dan membiarkannya bergabung dengan Marui dan Niou.
“bukan begitu Kirihara-kun” kata Yagyuu entah untuk yang keberapa kalinya.
“kau salah mengartikan kalimat ini” kata Yanagi menunjuk buku teks Kirihara dengan pensilnya.
“eh ? tapi yang tadi bisa selesai dengan cara seperti ini”
“soal yang sebelumnya berbeda Kirihara-kun” Yagyuu mencoba menjelaskan
“sama saja kan, mananya yang beda ?”
Yagyuu membetulkan letak kacamatanya dan menghela nafas, menatap Sanada sambil menggelengkan kepalanya. Yanagi yang masih belum menyerah dengan sabar menjelaskan pada Kirihara.
“Sanada-kun” kata Yagyuu pelan “sepertinya ini sia-sia. Tidak mungkin membuat Kirihara-kun paham dalam waktu satu hari”
“menurutmu begitu. Apa separah itu pemahamannya pada bahasa Inggris ?”
“kalau menurutku, level bahasa Inggris Kirihara-kun setingkat dengan murid kelas satu SD”
“ap....”
“bukan” seru Yanagi membuat Sanada tidak melanjutkan kalimatnya “bukan seperti itu Akaya”
“wah, bahkan Yanagi yang sabar pun sampai seperti itu” sela Marui “lupakan saja Sanada. Ini tidak akan berhasil”
“ada apa ?” tanya Yukimura
“ah, Yukimura” kata Sanada “sepertinya mereka semua sudah menyerah mengajari Akaya. Bagaimana ini ?”
Yukimura diam sejenak sebelum akhirnya berpaling pada Niou
“Niou, apa kau punya ide ?”
“tunggu dulu, Yukimura” sela Sanada “kau tidak bermaksud....kau tidak menyuruh Niou agar.....”
“oi, Sanada. Biar begini-begini aku tidak pernah berbuat curang dalam ujian” seru Niou melompat dari meja yang didudukinya selama itu.
“kau bisa membantu Akaya, Niou ?” tanya Yukimura
“tergantung” Niou berjalan mendekati Kirihara dan meraih bahunya “oi Akaya, daya ingatmu hebat tidak ?”
“eh ? biasa saja. Kenapa ?”
Niou melirik sekilas kertas ujian milik Kirihara sebelum melanjutkan kalimatnya.
“ok. Hafalkan ini dan kujamin setidaknya nilai 80 sudah pasti kau dapatkan”
Kirihara hanya mengangguk sembari mendengarkan Niou mengeluarkan sederetan huruf dan kata dalam bahasa Inggris. Sementara itu anggota reguler yang lain hanya terpana mendengar kata-kata Niou. Yukimura hanya tersenyum dan kembali menekuni tugas-tugasnya.
Keesokan harinya
“SENPAI !!!”
Kirihara membuka pintu ruang klub dengan tendangan kakinya sambil mengacungkan selembar kertas di tangan. Sanada yang sudah setengah jalan membuka mulut untuk memarahi Kirihara mengurungkan niatnya saat melihat kertas di tangan Kirihara. Alih-alih berteriak marah, Sanada berseru keheranan.
“tidak mungkin ! 78. kau tidak berbuat curang kan”
“fukubuchou. Aku tidak pernah melakukan hal seperti itu” protes Kirihara
Jackal dan Marui memberi selamat pada Kirihara, sementara Yanagi dan Yagyuu menelusuri kertas hasil tes Kirihara dengan cermat. Tak lama kemudian mereka berseru bersamaan
“i-ini kan”
“ada apa ?” tanya Sanada
“mustahil, ini tidak mungkin” kata Yagyuu
“senpai, apa seaneh itu kalau aku dapat nilai bagus” sela Kirihara
“bukan itu masalahnya” kata Yanagi “jawaban ini sama dengan jawaban yang dikatakan Niou kemarin, setidaknya sekitar 80 % tepat”
“eh ?” Marui berseru tak percaya “maksudmu Niou bisa tahu jawaban soal sebelum melihat soal itu ?”
“bisa dikatakan begitu”
“yang benar saja, sehebat apapun kemampuan Niou melakukan trick, tapi kalau.....”
Kalimat Jackal terputus saat pintu kembali terbuka dan Niou muncul dengan menyandang tas di bahu kirinya.
“yo, ada apa ?” katanya sambil lalu
“Niou-kun” Yagyuu menghampiri double partnernya “bagaimana kau bisa tahu lebih dulu jawaban tes Kirihara-kun ?”
Mata Niou bersinar-sinar saat mendengar pertanyaan Yagyuu, senyum licik terukir di wajahnya.
“hoo, sudah ada hasilnya ya, bagaimana ? kau menghapalkan kata-kata ku kemarin kan, dapat berapa ?”
“78” seru Kirihara menyeringai “sayangnya ada beberapa yang aku lupa jadi ya kutulis yang kuingat saja, yang penting tidak dapat merah”
“baguslah kalau begitu”
“Niou-kun” sela Yagyuu “kau belum menjawab pertanyaan-ku”
“ah, itu” Niou kembali tersenyum licik “mudah saja Ya~gyuu, itu karena aku ini tensai”
“meskipun jenius, tidak akan bisa seperti itu, Niou-kun”
“kau lupa aku ini siapa, Ya~gyuu”
“petenshi kita memang hebat” seru Kirihara
“puri” Niou membungkuk memberi hormat pada Kirihara sebagai ucapan terima kasih atas pujiannya.
“kalian sudah berkumpul ?” kata Yukimura yang baru datang “baguslah, ayo mulai latihan”
“siap, buchou” seru Kirihara
“kalau kau ceria seperti ini, berarti hasil tesmu bagus”
“berkat Niou-senpai”
“syukurlah. Nah, ayo latihan dimulai”
***
“eh ?” Fuji memiringkan kepalanya tidak yakin dengan pertanyaan Inui yang didengarnya “kau tadi bilang apa ?”
“aku tanya, apa mungkin kau memprediksi jawaban soal tanpa melihat soal dan dengan ketepatan 80 % ?”
“ah, tentu saja tidak bisa” kata Fuji tersenyum “kenapa kau tanya begitu ?”
“hanya ingin memastikan, apakah seorang yang jenius bisa melakukan hal seperti itu atau tidak. Kalau kau bilang tidak bisa, berarti ada suatu cara tertentu...hmmm, aku harus mencari tahu...” Inui mulai berguman sendiri.
“ada apa sih nya ?” tanya Kikumaru
“ah, Eiji. Entahlah. Aku juga tidak begitu paham” jawab Fuji masih tersenyum
“memangnya ada apa Inui ?” tanya Kawamura
“tidak. Hanya saja aku baru mendapat telfon dari Renji. Dia bertanya apa mungkin seseorang memprediksikan jawaban soal sehari sebelumnya. Katanya, Niou melakukannya kemarin, Ia memberi tahu Kirihara jawaban ujian bahasa Inggris berupa pilihan ganda dan jawaban singkat yang dilakukan hari ini dan jawaban yang diberikannya tepat sebanyak 80 %”
“hoe, hebat sekali nya” seru Kikumaru
“aku juga mau seperti itu, enak sekali tidak perlu belajar, tinggal menghapal saja” seru Momoshiro
“fushuuu.....dasar malas”
“apa katamu, Mamushi ?”
“sudah kalian berdua jangan bertengkar” sela Ooishi “itu kan tidak masuk akal, bagaimana bisa mempre....”
“ah, kalau seperti itu sepertinya aku bisa”
Ooishi tidak meneruskan kalimatnya saat mendengar Fuji berkata setengah berguman pelan sembari menopang dagu seperti biasa.
“kau bilang apa barusan Fuji ?” tanya Ooishi
“kau bisa nya ?” ulang Kikumaru
“serius nih, Fuji-senpai ?” seru Momoshiro
“yah, mungkin bisa” jawab Fuji tersenyum “kalau hanya soal pilihan ganda dan jawaban singkat sih sepertinya bisa”
“kau yakin ?” tanya Kawamura
“hoo, menarik, kita coba saja. Siapa yang hari ini ada ujian ?” kata Inui sembari membetulkan posisi kacamatanya dan membuka buku catatan.
“aku” Echizen mengangkat tangannya
“ujian apa ?” tanya Inui
“sejarah”
“baiklah, coba Fuji kau katakan jawaban ujian sejarah milik Echizen”
“kalau tidak salah, kau kelas 1-2 kan Echizen” kata Fuji yang disambut anggukan Echizen.
Fuji menopang dagunya dan berpikir selama beberapa menit sebelum mengatakan serentetan huruf dan kata pada mereka semua. Begitu Fuji selesai mengatakan kata terakhir, Echizen segera melesat ke ruang klub dan kembali dengan kertas ujian miliknya. Mengangsurkannya pada Inui untuk diperiksa.
“bagaimana nya ?” tanya Kikumaru
“i-ini, 80 % tepat” kata Inui
“hoi, hebat nya. Kau benar-benar jenius Fuji”
Fuji hanya tersenyum mendengar komentar Kikumaru
“kalau begitu, Fuji-senpai, besok aku ada ulangan bahasa, bisa kasih tahu jawabannya ?” pinta Momoshiro
Fuji memandang Momoshiro sejenak kemudian kembali bertanya untuk memastikan
“kau kelas 2-6 ya ?”
Momoshiro mengangguk mengiyakan. Fuji tersenyum setelah diam beberapa saat sebelum membuka mulutnya dan berkata
“maaf, aku tidak bisa”
“eh ?”
“masalahnya aku belum pernah bertemu dengan guru bahasa-mu. Jadi maaf ya, kau belajar saja agar dapat nilai bagus, Momo”
“hee ?”
“ah, ha...ha...ha...”
“begitu rupanya” guman Inui “ii deta, aku harus segera menelfon Renji”
“apa apa nya ?” kata Kikumaru ingin tahu “apa kau harus bertemu dengan guru-nya dulu baru bisa menebak jawaban soal ?”
“yah, kurang lebih begitulah” sahut Fuji tersenyum
“jangan-jangan Fuji-senpai bisa telepati” seru Momoshiro
“bodoh, mana ada yang seperti itu”
“apa kau bilang Mamushi”
“kembali latihan !” sela Tezuka yang merasa sudah saatnya mereka kembali berlatih dan menghentikan pembicaraan tidak berguna ini.
“ah, tapi aku penasaran nya. Fuji bagaimana kau bisa menebak nya ?”
“ah, ha..ha..ha...”
“Fujiii.....”
“kembali latihan, sekarang !” potong Tezuka
Setelah mendapat ancaman tatapan Tezuka, semuanya segera berlari ke lapangan untuk memulai latihan, tidak ada orang bodoh yang bersikeras tetap tinggal dan mendapat hukuman lari 20 kali demi mengetahui cara kerja Fuji.
“nee, Tezuka” kata Fuji yang masih berdiri di samping Tezuka “kau tahu cara-ku menebak jawaban tadi-kan ?”
“begitulah. Apa kau sering melakukannya ?”
“tidak, tadi itu pertama kalinya aku melakukannya. Aku lebih senang membaca soal dan menjawab daripada menjawab dulu baru membaca soalnya”
“begitu”
“hei, katakan padaku. Bagaimana aku melakukannya”
“....”
“Tezuka”
“....”
“ayolah, aku ingin tahu bagaimana cara-ku melakukannya”
“mada mada dane, Fuji-senpai” sela Echizen tiba-tiba muncul disebelah Fuji
“ah, apa kau juga tahu caraku melakukannya Echizen ?”
“saat senpai mengatakan tidak bisa menebak soal ujian Momo-senpai”
“ah, kalau begitu coba katakan bagaimana caraku menebak soal ujian-mu”
“karena Fuji-senpai pernah di ajar oleh guruku kan. Jadi senpai bisa tahu kebiasaannya membuat soal dan meletakkan jawaban pilihan ganda. Biasanya orang akan mempunyai pola tertentu dalam suatu hal yang sama terus-menerus, Fuji-senpai menggunakan itu sebagai dasar untuk menebak jawaban soal”
“ah, ha...ha...ha...” Fuji tersenyum mendengar jawaban Echizen “aku benar-benar tidak boleh lengah kalau berhadapan denganmu ya, Echizen”
“betsu ni” guman Echizen kemudian melangkah ke lapangan, meninggalkan Fuji dan Tezuka.
“Niou ya” guman Fuji pelan setelah diam beberapa saat “sepertinya menarik”
Tezuka menatap Fuji kemudian menghela nafas sebelum membuka mulut
“Fuji”
“ya ?”
“kembali latihan”
“ah, ha...ha...ha... baik baik”
Fuji tersenyum dan berlari kecil memasuki lapangan. Tezuka mendongak menatap langit yang berwarna biru cerah.
‘sepertinya kejuaraan nasional akan benar-benar berat’ pikirnya.
***
“begitu rupanya” kata Yagyuu mendengar penjelasan Yanagi mengenai cara Niou menebak jawaban ujian Kirihara.
“yah, kukira Niou bisa meramal atau semacamnya, tidak seru ah” kata Marui sambil kembali ke lapangan “Jackal ayo cepat kita latihan”
“iya iya, jangan mengerutu terus seperti itu” kata Jackal mengikuti Marui
“ah, sebaiknya kita juga kembali latihan” kata Yanagi mengikuti kedua temannya. Yagyuu menyusul dibelakangnya, mereka menghampiri Kirihara dan Niou yang melakukan pemanasan di lapangan.
“Yukimura” kata Sanada
“ya ?”
“kau sudah tahu kalau akhirnya akan seperti ini kan”
“ah, mana mungkin. Aku kan bukan Niou”
“Yukimura”
“Sanada, tidakkah kau merasa kejuaraan nasional kali ini menarik. Kau tidak dengar kata-kata Yanagi tadi. Ada orang lain yang bisa melakukan hal yang sama dengan Niou”
“Fuji Syusuke”
“benar, sepertinya Seigaku harus kita perhatikan”
“lengan Tezuka juga sudah sembuh”
“yah, aku sudah tidak sabar menanti pertandingan melawan Seigaku”
“aku juga”
^-^ EnD ^-^
PS :
kenapa di sini Niou dan Fuji, kalau urusan mem-prediksi sudah pasti yang paling jago harusnya ‘deta master’ macam Inui dan Yanagi, tapi yang bisa kepikiran cara licik seperti ini sudah pasti hanya seorang ‘petenshi’-kan. Maka Niou-lah sang pahlawan kali ini *di sambit raket*.